REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Vatikan tengah menunggu undangan resmi Korea Utara (Korut) terkait keinginannya mengundang Paus Fransiskus ke Pyongyang. Menurut juru bicara Vatikan Greg Burke undangan resmi dari Korut belum diterima oleh pihaknya.
"Vatikan hanya menunggu undangan (dari Korut) untuk tiba secara resmi," kata Burke pada Rabu (10/10), dikutip laman kantor berita Korea Selatan (Korsel), Yonhap.
Ia mengatakan belum dapat berkomentar banyak perihal undangan Korut kepada Paus Fransiskus untuk mengunjungi Pyongyang. Vatikan mungkin dapat memberi keterangan lebih banyak saat Presiden Korsel Moon Jae-in mengunjungi negara itu pekan depan. Sebab pada kesempatan itu Moon akan menyampaikan pesan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un perihal keinginannya mengundang Paus Fransiskus ke Pyongyang.
Keinginan Kim mengundang Paus Fransiskus ke Pyongyang telah disampaikan juru bicara Kepresidenan Korsel Kim Eui-kyeom. "Pemimpin Kim (Jong-un) mengatakan dia akan dengan senang hati menyambut Paus jika mengunjungi Pyongyang," ungkapnya pada Selasa (9/10).
Bila terlaksana, kunjungan Paus Fransiskus ke Pyongyang diharapkan dapat membantu proses perdamaian di Semenanjung Korea. Hal itu pula yang menjadi alasan utama Moon Jae-in mengunjungi Vatikan pekan depan.
Dalam beberapa bulan terakhir, Paus Fransiskus telah menyatakan dukungannya terhadap reunifikasi Korea. Ia pun memuji pertemuan antara Moon Jae-in dan Kim Jong-un dalam Konferensi Tingkat Tinggi Antar-Korea di Panmunjeoum pada April lalu. Ia memandang peristiwa tersebut sebagai langkah berani kedua pemimpin untuk mewujudkan persatuan antar-Korea.
Pada September lalu, Moon dan Kim kembali bertemu di Pyongyang. Terdapat dua hal utama yang dibahas dalam pertemuan tersebut, yakni tentang proses denuklirisasi dan rencana penyelenggaraan KTT Amerika Serikat (AS)-Korut yang kedua.
Perihal denuklirisasi, Moon mengatakan Korut telah setuju untuk mengambil langkah-langkah lanjutan guna menciptakan kawasan Semenanjung Korea yang bebas senjata nuklir. Tak hanya itu, Pyongyang pun sepakat untuk menutup fasilitas pengujian rudalnya di Dongchan-ri.
Kesediaan Korut melakukan hal itu menjadi indikasi bahwa mereka siap melanjutkan pembicaraan dengan AS. Pembahasan denuklirisasi antara Korut dan AS memang terhenti setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan kunjungannya ke negara tersebut.
Moon menilai, dialog antara Korut dan AS memiliki peran penting untuk proses denuklirisasi Semenanjung Korea. “Saya berharap pembicaraan antara Korut dan AS segera dilanjutkan,” ujarnya.