REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH— Kasus hilangnya jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi, menjadi sorotan dunia internasional dan fokus media asing. Kasus ini tak terkecuali menjadi santapan Aljazeera, media yang berbasis di Doha, Qatar.
Aljazeera termasuk media yang bersuara keras terkait kasus Jamal. Ini tidak mengherankan mengingat ketegangan antar Qatar dan Arab Saudi yang dipicu beragam persoalan belakangan ini, termasuk dalam konflik Suriah. Keberpihakan Aljazeera tersebut mendapat sorotan dan kritikan dari Alarabiya, media arus utama Arab Saudi.
Mengutip Alarabiya, Aljazeera dinilai tidak profesional belakangan terkait banyak kasus, termasuk soal Arab Spring dan bagaimana kecondongan mereka terhadap Ikhwanul Muslimin.
Dalam konteks Jamal, Alarabiya menilai banyak pemberitaan yang tak seimbang dan cenderung mendeskreditkan Saudi. Bahkan, ini terbukti antaralain saat Aljazeera sempat kedapatan menghapus beberapa cuitannya dalam akun resmi twitter mereka.
Di antara cuitan Aljazeera yang dihapus itu sempat rilis pada Ahad (7/10) pukul 09.06 waktu setempat. Redaksi cuitannya:”Terkini, Sumber Turki: Otoritas Saudi tiba di Turki dengan dua pesawat secara periodik saat Khashoggi berada di Kedutaan Saudi di Turki.” Namun, tak lama kemudian cuitan tersebut dihapus.
Alarabiya lantas mengutip catatan Farid Ahmad Hasan dalam artikelnya di Media Al-Wathan, terbitan Bahrain yang berjudul “Aljazeera dan Khashoggi, Hubungan yang Meragukan.” Dalam artikel tersebut Farid menguak fakta bagaimana Aljeera memainkan isu Jamal dan dikte-dikte yang mereka terapkan.
Dengan nada satir Farid mengatakan, melalui metode yang mereka terapkan, Aljazeera seakan berharap kepada Tuhan semesta alam agar kabar terbunuhnya Jamal Khashoggi terbukti.
Aljazeera berharap jika ini terbukti, akan menjadi amunusi yang tepat untuk memojokkan Saudi. Jika perlu, berdasarkan instruksi dari rezim Qatar, agar isu dan cerita kasus Jamal itu dibesar-besarkan dan agar dijadikan amunisi utama perang. “Jika tidak tunggu saja sanksi bagi para karyawannya,” tulis dia.
Farid menambahkan, kabar terkait hilangnya Jamal masih simpang siur. Namun, di tangan Aljazeera cerita-cerita baru selalu muncul yang lantas tiap saat akan beredar di media sosial yang dieksploitasi total. “Jadilah Aljazeera menyebarkan informasi apapun sesuka hatinya,” tutur dia.
Lihatlah, kata Farid, bagaimana cara mereka menggiring narasumber yang diundang sebagai pembicara agar mengatakan opini yang sesuai dengan tujuan mereka yaitu untuk menjelek-jelekkan Saudi.