REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Setidak-tidaknya 13 orang kehilangan nyawa di Prancis karena terjangan banjir bandang terburuk dalam satu abad belakangan, kata pihak berwenang setempat, Senin (15/10).
Gambar televisi memperlihatkan sungai meluap dan penuh dengan lumpur karena hujan deras, yang menumbangkan pepohonan, merobohkan tiang listrik dan menghanyutkan mobil di wilayah Aude di selatan, yang terletak dekat kota kuno di puncak bukit, Carcassonne.
Juru bicara dinas penanganan darurat nasional Michael Bernier mengatakan 13 orang meninggal dan satu orang masih hilang. Ribuan warga diungsikan dari wilayah itu.
"Jumlah korban tewas dikhawatirkan akan meningkat, kata seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri kepada BFM TV.
Tujuh helikopter berjuang menyelamatkan warga dari atap rumah mereka dan cuaca buruk membuat operasi penyelamatan menjadi sulit, kata juru bicara Alain Thirion.
"Ada orang yang terjebak di atap rumah. Kami akan mengerahkan helikopter untuk mengevakuasi mereka karena kami tidak bisa menjangkau mereka dengan perahu sehubungan dengan arus air yang deras. Terlalu berbahaya," katanya.
Perdana Menteri Edouard Philippe, yang akan berangkat ke wilayah bencana pada Senin, mengatakan 350 petugas pemadam kebakaran sedang membantu upaya penyelamatan dan hingga 350 lainnya akan disusulkan. Kabupaten Aude adalah tujuan wisata populer dengan kota-kota dan desa tua di puncak-puncak bukit, yang membentang ke Laut Tengah.
Banjir bandang terjadi dengan tiba-tiba. Sedikitnya satu korban terbawa arus ketika sedang tidur. Tingkat ketinggian air diperkirakan akan terus naik setelah hujan deras terus turun. Sekolah-sekolah ditutup dan para warga diminta untuk tinggal di rumah.
Badan yang memantau ketinggian air, Vigicrues, mengatakan banjir tersebut hampir mencapai puncak ketinggian yang terlihat pada 1891. Prancis jarang dilanda hujan deras pada musim ini, namun ahli meteorologi mengatakan air laut hangat, yang tidak biasa di sepanjang pantai Laut Tengah, kemungkinan meningkatkan hujan turun.