Selasa 16 Oct 2018 13:54 WIB

Presiden Prancis Macron akan Bantu Perlucutan Nuklir Korut

Prancis tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Korut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Foto: AP Photo/Thibault Camus
Presiden Prancis Emmanuel Macron.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Presiden Prancis Emmanuel Macron siap membantu upaya denuklirisasi Korea Utara (Korut). Hal itu dia sampaikan saat bertemu Presiden Korea Selatan (Korsel) di Paris, Senin (15/10).

Macron mengatakan, sebelum negaranya membantu proses denuklirisasi, Korut harus terlebih dulu menunjukkan komitmen dan keinginan nyata untuk membongkar fasilitas nuklir dan rudal balistiknya. “Kami menunggu komitmen yang tepat dari Pyongyang menunjukkan keinginan nyata untuk terlibat dalam pembongkaran program nuklir dan (rudal) balistik,” kata Macron dalam sebuah konferensi pers bersama Moon.

Bila hal itu telah tampak, Prancis siap membantu proses denuklirisasi. “Kami siap mengedepankan keahlian kami dan memainkan peran aktif jika proses negosiasi dimulai,” ujar Macron.

Selama proses denuklirisasi berlangsung dan belum rampung, Macron menilai, resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengatur sanksi terhadap Korut harus tetap dilaksanakan. Sanksi terhadap Pyongyang baru bisa dicabut bila proses denuklirisasi telah lengkap dan dapat diverifikasi.

Prancis diketahui tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Korut. Kondisi tersebut akan tetap berlangsung selama Pyongyang belum meninggalkan program nuklir dan rudalnya. “Tergantung pada bagaimana hal ini berkembang. Kita akan membayangkan di satu sisi perubahan dalam hal hubungan bilateral diplomatik dan di sisi lain perubahan kebijakan sanksi (terhadap Korut),” kata Macron.

Dalam sebuah wawancara pada Ahad (14/10), Moon Jae-in mengatakan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un telah menyatakan komitmennya untuk meninggalkan program nuklirnya. Ia mengungkapkan negara-negara di Dewan Keamanan PBB, terutama lima anggota tetapnya, telah meyakinkan Korut bahwa keputusan untuk meninggalkan program nuklir telah tepat dilakukan.

Pada 18 September lalu, Moon telah bertemu Kim di Pyongyang. Isu denuklirisasi dan perencanaan pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Korut-Amerika Serikat (AS) menjadi topik pembahasan utama mereka dalam pertemuan tersebut.

Seusai pertemuan, Moon mengatakan bahwa Kim berulang kali menegaskan komitmennya untuk mempercepat proses denuklirisasi. Oleh sebab itu, ia akan mengupayakan penyelenggaraan KTT AS-Korut yang kedua. “Saya yakin proses denuklirisasi dapat bergerak lebih cepat jika kedua pemimpin itu (Kim dan Trump) berhadap-hadapan,” ujar Moon.

Trump dan Kim telah bertemu di Singapura pada 12 Juni lalu. Pada pertemuan itu, Kim telah menyatakan komitmen negaranya melakukan denuklirisasi menyeluruh di Semenanjung Korea.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement