REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman memerintahkan penutupan dua jalur perlintasan di perbatasan Israel dengan Gaza pada Rabu (17/10). Perintah itu dikeluarkan setelah serangan rudal dari Gaza menghantam Kota Beersheba di Israel selatan.
Dua jalur itu adalah perlintasan Kerem Shalom yang digunakan khusus untuk barang barang dan perlintasan Erez yang khusus digunakan untuk orang. Badan kementerian pertahanan Israel yang bertanggung jawab untuk urusan sipil Palestina, COGAT, juga membatasi zona penangkapan ikan yang diizinkan di sepanjang pantai Gaza hingga tiga mil laut.
Jet tempur Israel kemudian melakukan serangan balasan ke Jalur Gaza tak lama setelah serangan rudal tersebut. Enam lokasi terkena tembakan, tetapi tidak ada laporan korban jiwa atau korban luka.
"Pada pukul 04.00 pagi, warga Israel di Kota Beersheba berlarian untuk mencari tempat perlindungan setelah rudal diluncurkan dari Jalur Gaza. Kami akan membela warga sipil Israel," ujar militer Israel dalam sebuah pernyataan, dikutip Arab News.
Rudal itu menghantam sebuah rumah yang ditempati oleh satu keluarga dengan tiga anak. Sementara satu rudal lainnya dilaporkan ditembakkan ke arah laut.
Tidak jelas siapa yang menembakkan rudal itu. Akan tetapi, tentara Israel menganggap Hamas bertanggung jawab atas semua serangan rudal yang ditembakkan dari wilayah kekuasaan mereka.
Serangan itu terjadi setelah warga Palestina melakukan aksi protes di sepanjang perbatasan Gaza selama berbulan-bulan. Aksi tersebut telah menarik respons yang mematikan dari pasukan Israel dan menimbulkan kekhawatiran akan perang baru antara Israel dan Hamas, yang telah berperang tiga kali sejak 2008.
Setidaknya 205 warga Palestina telah tewas sejak protes dimulai pada 30 Maret lalu. Satu tentara Israel juga tewas oleh tembakan penembak jitu Palestina pada periode yang sama.
Lieberman mengatakan pada Selasa (16/10), aksi protes tidak dapat dibiarkan berlanjut. "Kami tidak siap untuk menerima kekerasan yang kami lihat terus meningkat dari minggu ke minggu," katanya di sebuah pangkalan militer dekat perbatasan Gaza.
Dia juga menangguhkan pengiriman bahan bakar yang biasa dikirimkan setiap hari ke Gaza, berdasarkan kesepakatan yang ditengahi oleh PBB. Ribuan liter bahan bakar itu dikirim oleh Qatar untuk menjalankan pembangkit listrik di wilayah yang miskin.
PBB mengatakan blokade Israel selama 11 tahun telah menghasilkan situasi kemanusiaan serupa bencana. Dua juta penduduk Gaza mengalami pemadaman listrik rutin dan kekurangan air minum.