REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Badan-badan intelijen Amerika Serikat (AS) dilaporkan meyakini keterlibatan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) dalam kasus hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi. Hal itu dilaporkan New York Times dalam laporannya pada Rabu (17/10).
New York Times, mengutip keterangan pejabat-pejabat yang enggan disebutkan identitasnya mengatakan, terdapat dua faktor utama yang membantu komunitas intelijen AS meyakini keterlibatan Pangeran MBS dalam kasus Khashoggi. Pertama bocornya informasi tentang adanya 15 warga Saudi, satu di antaranya adalah perwira intelijen, yang berkunjung ke konsulat jenderal Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober, yakni hari di mana Khashoggi dinyatakan hilang.
Selain perwira intelijen, tujuh dari 15 warga Saudi yang dilaporkan berada di gedung konsulat jenderal di Istanbul pada 2 Oktober, dicurigai merupakan pengawal pribadi Pangeran MBS. Kendati demikian, hal tersebut belum terkonfirmasi seutuhnya.
Kemudian faktor kedua adalah adanya klaim dari otoritas Turki yang menyatakan memiliki rekaman audio kematian Khashoggi. “Badan-badan intelijen, bagaimanapun, mencatat bahwa mereka tidak tahu dengan tingkat keyakinan yang luar biasa apakah MBS memerintahkan kematian Khashoggi atau dimaksudkan untuk menangkapnya dan kembali ke Saudi, atau mereka tidak dapat mengumpulkan bukti langsung dari keterlibatannya yang mungkin,” kata New York Times dalam laporannya, dikutip laman Middel East Eye.
Menurut New York times, saat ini badan-badan intelijen AS sedang mempersiapkan penilaian mereka terhadap kasus Khashoggi. Penilaian itu nantinya akan mereka serahkan kepada Presiden AS Donald Trump. Trump dapat mengabaikan laporan tersebut atau menggunakannya sebagai acuan untuk mengambil kebijakan terkait kasus ini.
Sebelumnya, Trump telah membantah jika pemerintahannya berusaha melindungi Saudi dari tudingan tentang keterlibatannya dalam kasus hilangnya Khashoggi. Ia mengatakan hanya membutuhkan bukti kuat, termasuk bila dugaan pembunuhan terhadap Khashoggi terjadi.
Ia pun mengomentari tentang adanya rekaman audio yang didapat otoritas Turki dan menjadi bukti bahwa Khashoggi dibunuh. Trump mengaku masih meragukan adanya rekaman audio tersebut. “Saya masih belum yakin ada rekaman itu, mungkin ada,” katanya.
Trump meminta Turki menyerahkan rekaman audio yang disebut-sebut menjadi bukti bahwa Khashoggi tewas dibunuh. “Kami telah meminta (kepada Turki), jika memang ada,” ujar Trump.
Surat kabar pro-pemerintah Turki, Yeni Safak, dalam laporannya pada Rabu (17/10), mengutip rekaman audio dari pembunuhan Khashoggi. Menurut media itu Khashoggi disiksa sebelum kematiannya.
Surat kabar itu mengatakan suara Konsul Jenderal Saudi Mohammed al-Otaibi terdengar di rekaman itu. Ia menyuruh pelaku yang diduga menyiksa Khashoogi untuk tidak melakukan tindakannya di gedung konsulat. "Lakukan ini di luar, Anda akan membuat saya mendapat masalah," katanya.
Salah satu warga Saudi yang diduga menyiksa Khashoggi menjawab perintah al-Otaibi dengan ancaman. "Diam jika Anda ingin hidup ketika Anda kembali ke Saudi (Saudi)," katanya. Otaibi telah balik ke Riyadh. Ia membantah mengetahui soal hilangnnya Khashoggi.
Khashoggi adalah jurnalis Saudi yang menjadi kolumnis di the Washington Post. Selama kariernya, Khashoggi dikenal kerap melayangkan kritik tajam terhadap pemerintahan Saudi, termasuk Pangeran MBS.