REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW— Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan negaranya tidak mungkin terburu-buru memutuskan hubungan diplomasi dengan Arab Saudi tanpa fakta kuat terkat kasus dugaan pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi.
Putin mempertanyakan, mengapa harus memutuskan hubungan diplomatik itu, karena tidak mungkin Rusia akan merusak hubungan baik yang selama ini sudah terjalin dengan ‘pelayan dua kota suci' itu. Meski Putin mengakui kasus hilangnya Khashoggi adalah perkara yang sangat disayangkan. ”Tapi kita harus tetap memahami apa yang sesungguhnya terjadi,” kata dia seperti dilansir Alarabiya, Jumat (19/10).
Secara terpisah, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, konsekuensi bagi Arab Saudi bisa menjadi sangat buruk apabila para pemimpinnya terbukti sebagai otak pembunuhan jurnalis Jamal Khasoggi. Hal itu dikatakan Trump usai mengetahui investigasi oleh Menteri Luar Negeri-nya Mike Pompeo usai ke Riyadh dan Ankara.
"Ya itu akan sangat parah. Maksud saya, itu sangat buruk, itu hal buruk jika terbukti benar para pemimpin Saudi juga terlibat. Tetapi kita akan lihat apa yang terjadi," ujar Trump seperti dikutip laman Guardian, Jumat (19/10).
Trump menolak membicarakan lebih jauh soal nasib Khasoggi. Dia mengatakan, kolumnis Washington Post itu tewas dengan cara menyedihkan. "Ini jelas terlihat seperti itu bagi saya. Sangat menyedihakan. Jelas seperti itu," kata dia.
Pemerintahan Trump di sisi lain juga mulai menjauh dari Riyadh. Menteri Keuangan AS Steven Mncuhin mengumumkan tidak akan menghadiri konferensi investasi di Washington yang disponsori Riyadh, seraya dengan para pemimpin perusahaan lain dan politisi barat.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, Prancis menunda kunjungan kenegeraan ke Saudi dalam koordinasi dengan Jerman, Inggris dan Belanda, sambil menunggu klarifikasi fakta sebenarnya menyoal kasus Khasoggi.
"Menteri keuangan kami Bruno Le Maire batal hadir di forum investasi Riyadh," kata dia. Sekretaris perdagangan internasional Inggris Liam Fox juga memutuskan menarik diri dari Future Investment Initiative pada Kamis kemarin.