REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyampaikan, serangan yang didukung pasukan pendukung Amerika Serikat (AS) telah membunuh 35 militan ISIS pada Sabtu (20/10). Sebanyak 28 militan ISIS terbunuh oleh serangan udara yang dipimpin pasukan AS di Kota Hajjin.
Sementara, tujuh militan lainnya terbunuh dalam pertempuran darat dengan Pasukan Demokrasi Suriah (Syrian Democratic Forces - SDF). Sebelumnya, Pasukan Demokrasi Suriah meluncurkan koalisi pendukung untuk melawan militan ISIS di Lembah Euphrates pada bulan lalu. Pertempuran Pasukan Demokrasi Suriah melawan militan ISIS telah merenggut 414 nyawa militan ISIS dan 227 orang SDF sejak 10 September 2018.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia juga menyampaikan, serangan udara pasukan koalisi di tempat lain pada Kamis dan Jumat lalu juga menargetkan militan ISIS. Serangan tersebut membuat 41 warga sipil dan sepuluh anak-anak di antaranya meninggal dunia. Dilansir dari Arab News, Ahad (21/10).
ISIS telah menyerbu sebagian besar wilayah Suriah dan negara tetangganya seperti Irak sejak tahun 2014. Mereka memproklamasikan khalifah di seluruh wilayah yang dikuasai mereka. Kini kelompok militan itu telah kehilangan sebagian besar wilayahnya di Suriah dan Irak.
Dari Damaskus dilaporkan, ISIS melepas enam dari 27 orang sandera. Korban telah diculik oleh kelompok militan tersebut saat terjadi serangan di Provinsi Sweida pada Juli lalu. Pembebasan enam orang ini dilakukan dengan pertukaran tawanan dan uang tebusan sebesar 27 juta dolar AS.
Kebanyakan dari korban penculikan adalah perempuan dan anak-anak. Serangan yang dilakukan ISIS di Sweida secara khusus disebut ditujukan kepada komunitas Druze yang berada di provinsi tersebut.
Sejak penculikan terjadi, keluarga para sandera memimpin serangkaian protes di luar kantor-kantor pemerintahan di Sweida. Mereka menuntut agar upaya pembebasan terhadap korban penculikan dapat dilakukan dengan segera, serta jaminan agar hal itu dilakukan.
“Enam orang yang dibebaskan ISIS adalah dua perempuan dan empat anak, mereka dikembalikan semalam,” ujar direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia Rami Abdulrahman.
Pembebasan ini merupakan gelombang pertama dari perjanjian Pemerintah Suriah dan ISIS untuk menukar tawanan. Diharapkan dalam beberapa hari ke depan, gelombang pembebasan sandera selanjutnya dapat dilakukan.
Dalam serangan di Sweida pada Juli lalu, ISIS melakukan sejumlah bom bunuh diri, penembakan, hingga penusukan. Sebanyak lebih dari 250 orang tewas dalam serangan tersebut, sebagian besar diantaranya adalah warga sipil.
Provinsi Sweida adalah jantung dari minoritas Druze di Suriah. Secara keseluruhan komunitas itu terdiri sekitar tiga persen dari populasi sebelum perang sipil di negara Timur Tengah itu, dengan jumlah sekitar 700 ribu orang.