REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan, Israel telah kehabisan opsi untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas. Menurutnya, saat ini adalah waktunya bagi kabinet pemerintahan membuat keputusan tentang tindakan militer.
“Kami telah kehabisan semua opsi dan sekarang saatnya untuk membuat keputusan. Posisi saya sangat jelas, kami harus memberi pukulan kuat kepada Hamas,” ujar Lieberman pada Senin (22/10), dikutip laman the Times of Israel.
Walaupun telah menegaskan posisinya, Lieberman mengatakan keputusan untuk mengambil tindakan militer terhadap Hamas perlu disepakati kabinet.
“Saya berharap kabinet akan membuat keputusan yang benar. Kita telah sampai pada titik tanpa pilihan,” ucapnya.
Komentar Lieberman itu muncul beberapa hari setelah terjadinya serangan roket dari Jalur Gaza, tepatnya dari daerah Beesheba. Serangan itu kemudian direspons Israel dengan menyerang basis-basis Hamas dan kelompok perjuangan Palestina lainnya, terutama yang berpusat di wilayah Rafah. .
Selain melakukan serangan balasan, pekan lalu Lieberman pun memutuskan menutup semua akses perbatasan menuju Gaza. “Menteri Pertahanan (Israel) Avigdor Lieberman telah memerintah untuk menutup Erez Crossing (akses lintas perbatasan Gaza-Israel yang digunakan warga sipil) dan Karem Shalom (akses lintas perbatasan Gaza-Israel yang digunakan untuk transportasi kargo), serta mengurangi zona penangkapan ikan di dekat Jalur Gaza menjadi tiga mil laut,” kata layanan pers Kementerian Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan.
Baca juga, Hamas Ancam Serang Israel.
Sejak Maret lalu, situasi di perbatasan Gaza-Israel telah memanas menyusul digelarnya aksi bertajuk “Great March of Return”. Aksi itu menuntut Israel mengembalikan tanah yang direbut dan didudukinya pascaperang Arab-Israel tahun 1948 kepada para pengungsi Palestina.
Hingga saat ini aksi-aksi sporadis masih dilakukan warga Palestina di Jalur Gaza. Kendati demikian jumlah korban tewas akibat tindakan represif dan brutal pasukan Israel pun terus meningkat. Sejak Great March of Return digelar, terdapat lebih dari 185 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, yang tewas akibat serangan pasukan keamanan Israel.