REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Direktur CIA Gina Haspel dilaporkan telah mendengarkan rekaman audio yang konon memperdengarkan proses pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Ini merupakan pertama kalinya rekaman tersebut diperdengarkan kepada intelijen Amerika Serikat (AS).
Menurut sumber, Haspel mendengarkan rekaman audio tersebut dalam kunjungannya ke Turki. Ia dilaporkan pergi ke Turki dalam sebuah perjalanan rahasia pada Senin (22/10).
Presiden AS Donald Trump telah menjadikan Arab Saudi sebagai pilar utama strategi Timur Tengahnya. Namun ia semakin skeptis terhadap klaim kerajaan bahwa kematian Khashoggi terjadi dalam sebuah perkelahian di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu.
Pada Selasa (23/10), Trump mengatakan para pejabat Saudi telah terlibat dalam menutup-nutupi kasus terburuk yang pernah terjadi. Menurutnya, orang-orang di belakang pembunuhan Khashoggi akan berada dalam masalah besar.
Rekaman audio mengenai pembunuhan Khashoggi itu dinilai dapat memberi lebih banyak tekanan pada AS untuk meminta pertanggungjawaban Arab Saudi.
"Tidak hanya akan ada lebih banyak tekanan dari media sekarang, tetapi Kongres akan mengatakan, 'Gina, kami ingin Anda datang berkunjung dan Anda dapat memberi tahu kami persis apa yang Anda dengar.'," ujar Bruce Riedel, mantan pejabat CIA.
Riedel mengatakan akan sulit bagi Haspel untuk menolak permintaan Kongres untuk memberika pengarahan. "Akan sangat sulit baginya untuk mengatakan tidak, karena paling tidak komite intelijen dapat memintanya untuk datang secara rahasia, tetapi bahkan jika itu adalah sesi rahasia, itu akan bocor dengan cepat," katanya.
Pemerintahan Trump mengambil langkah konkret pertama untuk menghukum Arab Saudi pada Selasa (23/10) dengan mencabut visa bagi individu yang terlibat dalam pembunuhan itu. Langkah ini diambil setelah 18 dari 21 tersangka sudah ditahan oleh Saudi.
Dalam mengumumkan langkah-langkah itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan dia akan bekerja dengan Departemen Keuangan apakah akan menjatuhkan sanksi kepada mereka yang bertanggung jawab atas kematian jurnalis tersebut.
"Hukuman ini tidak akan menjadi kata terakhir dalam masalah ini dari Amerika Serikat. Kami akan terus mengeksplorasi langkah-langkah tambahan untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab," kata Pompeo, dikutip The Washington Post.
Trump telah menegaskan kembali bahwa ia memandang Arab Saudi sebagai sekutu besar dan pembeli penting dari tank, bom, dan pesawat AS. Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, pemimpin de facto negara itu, membantah mengetahui misi pembunuhan terhadap Khashoggi. Pada Rabu (24/10) ia berjanji untuk membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan. Dia menyebut pembunuhan Khashoggi sebagai sebuah aksi kejahatan keji.
Namun para pejabat Turki telah menyuarakan keraguan mereka tentang niatnya untuk mendukung penyelidikan penuh. "Bagaimana penyelidikan bisa dilakukan Arab Saudi jika salah satu tersangka utama adalah putra mahkota MBS?" Kata seorang pejabat senior Turki.
Baca juga, Erdogan: Ada yang tak Senang Saya Buka Kasus Khashoggi