Jumat 26 Oct 2018 10:23 WIB

Teror Bom Hantui AS, Paket Dikirim Lewat Kantor Pos

Paket bom pipa diyakini hanya untuk meneror, bukan membunuh.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Paket-paket berjalan di sabuk konveyor untuk disortir di kantor pos utama di Omaha. Pengiriman paket berisi bom pipa ke sejumlah tempat menimbulkan pertanyaan baru terkait keamanan layanan pos Amerika Serikat.
Foto: AP Photo/Nati Harnik
Paket-paket berjalan di sabuk konveyor untuk disortir di kantor pos utama di Omaha. Pengiriman paket berisi bom pipa ke sejumlah tempat menimbulkan pertanyaan baru terkait keamanan layanan pos Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Agen FBI menggeledah kantor pos di dekat Miami untuk pemburuan mencari pelaku teror paket 10 bom pipa yang ditunjukan untuk tokoh-tokoh partai Demokrat dan kritikus Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Penegak hukum mengatakan cara pembuatan pipa bom itu dapat dipelajari melalui internet. Para penyidik yakin paket yang berhasil diamankan sebelum diterima oleh para target, dikirimkan melalui kantor pos AS.

Tidak satu pun dari bom pipa yang meledak dan tidak ada satupun orang yang terluka. Menteri Keamanan Nasional Kirstjen Nielsen, mengatakan beberapa paket tersebut dikirimkan dari Florida.

"Beberapa paket dikirimkan melalui pos, asal paket-paket tersebut, beberapa di antaranya, dikirimkan dari Florida, saya yakin orang ini atau kelompok ini akan dibawa ke pengadilan," kata Nielsen, saat diwawancara stasiun televisi Fox News, Jumat (26/10).

Tim penjinak bom sudah memeriksa pusat distribusi surat di sekitar Miami. Pihak berwenang yakin beberapa paket dikirim dari sana.

Kepolisian Miami-Dade Countiy mengatakan tim penjinak bom dan anjing pelacak sudah berada di Opa-locka, Florida. Bekerja sama dengan FBI mereka berusaha mencegah adanya bom tambahan.

Pihak berwenang telah memberikan stastus terhadap pengiriman bom ini sebagai tindak terorisme. Paket ini dikirimkan terhadap lawan dan orang-orang yang berseberangan dengan Presiden AS Donald Trump dua pekan sebelum pemilu jeda digelar pada 6 November mendatang.

Sejumlah pakar bom dan analis keamanan mengatakan berdasarkan kontruksi bom yang tidak sempurna pipa bom ini ditunjukan hanya untuk meneror bukan untuk membunuh. Paket pertama dikirimkan pada hari Senin (22/10), ke kediaman penyumbang dana terbesar Partai Demokrat George Soros.

Pada Kamis (25/10), kepolisan berhasil mengidentifikasi lima target lainnya, yakni mantan Presiden AS Barack Obama, mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, mantan Jaksa Agung Eric Holder, mantan Direktur CIA John Brennan dan senator Maxine Waters.

Dua paket dikirimkan kepada Waters, yang sejak awal pemerintahan Trump sangat kritis terhadap Presiden AS ke-45 tersebut. Paket yang ditunjukan kepada Brenna dikirimkan ke kantor pusat CNN di New York, di mana ia menjadi analis.

Jumlah penerima paket bom pipa tersebut terus bertambah sampai malam hari. Mantan wakil Presiden AS Joe Biden dan aktor terkenal Robert De Niro juga menerima paket yang sama.

"Ini menunjukan kemungkinan sisa paket tersebut telah atau akan dikirimkan," kata asisten direktur FBI William Sweeney, dalam konferensi pers di New York.

photo
Garis polisi dipasang di sebuah kantor pos di Wilmington, Kamis (25/10). Seorang pejabat penegak hukum mengatakan paket bom mencurigakan ditujukan kepada mantan Wakil Presiden Joe Biden.

FBI mengatakan setidaknya ada lima paket yang kembali ke alamat senator Debbie Wasserman Schultz yang tercantum sebagai pengirim. Schultz mantan ketua Komite Nasional Demokrat.

Sweeney mengatakan kasus itu melibatkan ratus penyidik dari seluruh AS. Ia menambahkan bom-bom tersebut sudah dikirim ke lab forensik FBI di Quantico, Virginia untuk diperiksa. 

Seluruh penerima paket bom pipa tersebut ialah tokoh-tokoh penting di partai Demokrat. Mereka juga orang-orang yang kerap berselisih dan mengkritik Donald Trump.

Trump mempertanyakan kewarganegaraan Obama dan ia juga ingin memenjarakan Clinton. Trump juga pernah menghina Waters sebagai orang yang memiliki IQ rendah. Trump mencabut pengawalan terhadap Brennan setelah mantan Direktur CIA tersebut mengkritik pertemuan AS-Rusia.

Biden juga pernah mengatakan akan berkelahi dengan Trump jika mereka satu SMA. Sementara Robert De Niro mendapatkan tepuk tangan meriah ketika ia menghina Trump di ajang penghargaan drama dan teater Tony Awards bulan Juni lalu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement