REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Putra Mahkota Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) memimpin pertemuan pertama komite khusus yang bertugas mereformasi badan intelijen Arab Saudi.
Seperti dilansir Arab News pada Jumat (26/10), restrukturisasi intelijen Saudi adalah perintah langsung dari Raja Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud. Reformasi dilakukan setelah kasus pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki.
Pertemuan agggota komite bertujuan menilai struktur organisasi intelijen yang ada saat ini. Selain itu mengidentifikasi setiap celah dalam kerangka hukum, kebijakan dan prosedurnya.
Khashoggi (59) adalah wartawan asal Saudi yang tinggal di Amerika Serikat (AS). Dia tewas di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu saat hendak mengurus dokumen terkait perceraiannya.
Baca juga, Sumber: Butuh Tujuh Menit untuk Bunuh Khashoggi.
Arab Saudi mengatakan kematian Khashoggi adalah hasil dari “operasi nakal” oleh oknum yang bertindak di luar lingkup otoritasnya. Atas peristiwa itu, Saudi menangkap 18 orang.
Ketika penyelidikan masih berlanjut, penuntut umum Saudi beranggapan pembunuhan tersebut sudah direncanakan. “Informasi dari pihak berwenang Turki menunjukkan bahwa tindakan para tersangka dalam kasus Khashoggi telah direncanakan,” Jaksa Agung Sheikh Saud al-Mojeb.
Al-Mojeb mengatakan, penuntut umum telah melanjutkan penyelidikan dengan tersangka untuk mencari keadilan atas kematian Khashoggi.
Pangeran MBS mengatakan dalam forum Inisiatif Investasi Masa Depan di Riyadh pada Rabu (24/10) bahwa keadilan akan menang dalam kasus Khashoggi. “Insiden itu sangat menyakitkan bagi semua orang Saudi. Itu adalah insiden menjijikkan, dan tidak ada pembenarannya,” ujar dia.
Pangeran MBS menyatakan, Pemerintah Arab Saudi dan Turki akan bekerja sama untuk memecahkan kasus Khashoggi. Dia menggambarkan kerja sama itu sebagai hal istimewa.