REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis mengatakan, kasus pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi telah merusak stabilitas di Timur Tengah. Hal itu disampaikan saat dia menghadiri konferensi keamanan tahunan bertajuk Dialog Manama di Bahrain, Sabtu (27/10).
“Dengan kepentingan kolektif kami dalam perdamaian dan penghormatan yang tak tergoyahkan terhadap hak asasi manusia (HAM), pembunuhan Jamal Khashoggi di fasilitas diplomatik harus menjadi perhatian kita semua,” kata Mattis dalam sambutannya di acara tersebut, dikutip laman Anadolu Agency.
Menurutnya, kasus Khashoggi memang tidak bisa dianggap sepele. “Kegagalan suatu negara untuk mematuhi norma-norma internasional dan supremasi hukum melemahkan stabilitas regional pada saat yang paling dibutuhkan,” ujarnya.
Ia mengaku terus berkonsultasi dengan Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo untuk mempertimbangkan implikasi dari masalah Khashoggi. Ia menyebut Departemen Luar Negeri AS berencana mengambil tindakan lebih lanjut dalam merespons pembunuhan itu.
Baca juga, Sumber: Butuh Tujuh Menit untuk Bunuh Khashoggi.
Kemudian mengenai hubungan AS dan Saudi, Mattis mengatakan, penghormatan Washington terhadap Riyadh tidak berkurang. Namun ia menekankan penghormatan itu harus diiringi dengan transparansi dan kepercayaan.
Sebelumnya Trump telah menyatakan ketidakpuasannya terhadap penyelidikan yang dilakukan Saudi terkait pembunuhan Khashoggi. Namun, meski Trump mengutarakan kemungkinan menjatuhkan sanksi terhadap Riyadh, dia juga menekankan tentangnya hubungan kedua negara.
Khasoggi dinyatakan hilang saat mendatangi gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober lalu. Awalnya, Saudi membantah terlibat atau mengetahui tentang hilangnya Khashoggi. Berselang sekitar dua pekan sejak dinyatakan hilang, Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi dibunuh di gedung konsulat.
Pada Kamis (25/10), Kementerian Luar Negeri Saudi telah mengumumkan bahwa pembunuhan terhadap Khashoggi memang terencana. Hal itu telah dinyatakan sebelumnya oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Saudi dilaporkan telah menahan 15 tersangka yang terlibat dalam pembunuhan itu. Namun Erdogan meminta Riyadh mengekstradisi mereka guna menjalani proses hukum di Turki.