REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Angkatan Udara Israel menyerang 80 objek milik kelompok Hamas di Jalur Gaza pada Jumat (26/10) malam waktu setempat. Serangan itu merupakan respons Israel atas serangan 30 roket yang ditembakkan dari Gaza.
Seperti dilaporkan laman Haaretz, dalam serangan ke Gaza, Israel mengerahkan jet tempur dan helikopter. Mereka membidik setidaknya 80 target milik Hamas. Menurut keterangan yang dirilis militer Israel, target tersebut antara lain dua fasilitas manufaktur senjata, kompleks pelatihan, terowongan, lima kamp militer, dan pos pengamatan antipesawat.
Selain itu Israel juga menyerang sebuah gedung berlantai 4 yang berfungsi sebagai markas pasukan keamanan umum Hamas di kota Gaza. Militer Israel menyebut mereka telah memperingatkan penghuni gedung beberapa kali untuk mengevakuasi diri sebelum pengeboman.
Menurut sumber-sumber medis Palestina di Gaza, sebagaimana dilaporkan Anadolu Agency, tidak ada korban tewas akibat serangan udara Israel. Namun juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qidra mengatakan, serangan Israel telah merusak Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara. Pecahan kaca dan bongkahan beton menyebabkan beberapa pasien di Rumah Sakit Indonesia mengalami luka-luka.
Serangan Israel ke Gaza merupakan respons atas diluncurkannya 30 roket ke wilayahnya. Sistem pertahanan rudal Iron Dome berhasil menghalau 10 roket tersebut. Namun sisanya berhasil menghantam wilayah selatan Israel.
Sejumlah penduduk Israel mengatakan mendengar ledakan cukup keras. Beberapa di antaranya melihat Iron Dome menepis serangan roket dari Gaza. Tidak ada korban luka atau tewas akibat serangan roket tersebut.
Kendati demikian, sebanyak 11 sirene alarm yang berbeda diaktifkan sepanjang Jumat malam di komunitas selatan Israel, termasuk di kota Sderot di Dewan Regional Eshkol dekat perbatasan Gaza.
Otoritas Israel pun menginstruksikan warganya yang tinggal di dekat perbatasan Gaza agar tidak menggelar pertemuan lebih dari 100 orang di area terbuka. Instruksi itu dikeluarkan setelah Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel Letnan Jenderal Gadi Eisenkot mengadakan pertemuan darurat dengan sejumlah pejabat senior menanggapi eskalasi terbaru.
Serangan roket dari Gaza ke Israel dilaporkan terjadi setelah Palestina mengumumkan kematian lima warganya di perbatasan Gaza-Israel akibat ditembak tentara Israel. Mereka ditembak ketika tengah melakukan aksi lanjutan yang telah digelar sejak Maret lalu atau dikenal dengan istilah “The Great March of Return”. Aksi itu menuntut Israel mengembalikan tanah yang direbut dan didudukinya pascaperang Arab-Israel tahun 1948 kepada para pengungsi Palestina.
Hingga saat ini aksi-aksi sporadis masih dilakukan warga Palestina di Jalur Gaza. Kendati demikian jumlah korban tewas akibat tindakan represif dan brutal pasukan Israel pun terus meningkat. Sejak Great March of Return digelar, terdapat lebih dari 190 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, yang tewas akibat serangan pasukan keamanan Israel.
Baca juga, Israel Luncurkan Serangan Udara Terbaru di Gaza.
Namun terlepas dari hal itu, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman telah mengatakan negaranya kehabisan opsi untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas. Menurutnya, saat ini adalah waktunya bagi kabinet pemerintahan membuat keputusan tentang tindakan militer.
“Kami telah kehabisan semua opsi dan sekarang saatnya untuk membuat keputusan. Posisi saya sangat jelas, kami harus memberi pukulan kuat kepada Hamas,” ujar Lieberman pada Senin (22/10).
Walaupun telah menegaskan posisinya, Lieberman mengatakan keputusan untuk mengambil tindakan militer terhadap Hamas perlu disepakati kabinet. “Saya berharap kabinet akan membuat keputusan yang benar. Kita telah sampai pada titik tanpa pilihan,” ucapnya.
Komentar Lieberman itu muncul beberapa hari setelah terjadinya serangan roket dari Jalur Gaza, tepatnya dari daerah Beesheba. Serangan itu kemudian direspons Israel dengan menyerang basis-basis Hamas dan kelompok perjuangan Palestina lainnya, terutama yang berpusat di wilayah Rafah. .
Selain melakukan serangan balasan, pekan lalu Lieberman pun memutuskan menutup semua akses perbatasan menuju Gaza.