Ahad 28 Oct 2018 17:35 WIB

Anwar Ibrahim: Jadi Perdana Menteri Bukan Akhir Perjuangan

Mahathir dan Anwar kemudian menjadi kekuatan politik baru di Malaysia.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ani Nursalikah
Tokoh Nasional Malaysia Anwar Ibrahim saat berada di Padang, Sumatra Barat, Sabtu (27/10).
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Tokoh Nasional Malaysia Anwar Ibrahim saat berada di Padang, Sumatra Barat, Sabtu (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Tokoh Nasional Malaysia Anwar Ibrahim mengomentari peluang dirinya naik tingkat menjadi perdana menteri menggantikan Mahathir Mohamad. Anwar memang baru saja memenangkan pemilu sebagai anggota parlemen wilayah Port Dickson pada Sabtu (13/10) lalu. Raihan ini memuluskan jalan Anwar untuk menjadi Perdana Menteri.

Menanggapi hal ini, Anwar mengatakan menjabat Perdana Menteri Malaysia bukanlah akhir dari perjuangan. Baginya, jabatan tersebut justru menjadi langkah awal kembali memperjuangkan nasib rakyat setelah sebelumnya dipimpin oleh pemimpin yang dianggap melanggengkan korupsi.

Baca Juga

"Ada kemungkinan saya jadi perdana menteri? Insya Allah, dan itu pun bukan penyelesaian, itu terjemahan amanah yang saya perjuangkan selama ini," kata Anwar di Universitas Negeri Padang (UNP), Ahad (28/10).

Anwar menyampaikan, kemerdekaan Malaysia selama lebih dari 60 tahun masih diwarnai pemerintahan bergaya kolonial. Ia masih melihat praktik perampokan uang rakyat oleh penguasa. Anwar mengaku saat ini dirinya masih memperjuangkan kebebasan, keadilan, dan akhlak yang baik untuk bisa diterapkan di pemerintahan.

"Saya tak terima negara yang kaya masih banyak rakyat miskin, masih ada anak tak dapat pendidikan yang baik, apalagi negara yang izinkan perampokan. Itu yang saya perjuangan. Sudah selesai? Belum," kata Anwar.

photo
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad.

Perjuangan Anwar memang belum selesai. Jalan politik berliku, ditambah dengan keluar masuk penjara selama ini membuat dirinya saat ini mengambil sebuah kebijakan di luar arus utama. Ia kini berada dalam satu sisi bersama Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, sosok yang justru menjebloskan Anwar ke penjara.

Mahathir dan Anwar kemudian menjadi kekuatan politik baru di Malaysia untuk menumbangkan Barisan Nasional, yang mendominasi politik Malaysia selama 60 tahun. Keduanya menumbangkan rezim yang terlibat megakorupsi di bawah kepemimpinan Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.

Najib memang sudah menghadapi 32 dakwaan pencucian uang, korupsi, dan pelanggaran kepercayaan lainnya atas transaksi terkait dengan dana negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Najib mengaku tidak bersalah dan persidangannya akan dimulai tahun depan.

 

Otoritas AS mengatakan, dana sebesar 4,5 miliar dolar AS telah diambil dari 1MDB dan sekitar 700 juta dolar AS telah dialihkan ke rekening bank pribadi Najib. Skandal korupsi di 1MDB, yang didirikan oleh Najib pada 2009, telah membawa kekalahan bagi koalisinya dalam pemilihan umum Mei lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement