REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Parlemen Iran menyetujui perombakan tim ekonomi pemerintah pada Sabtu (27/10). Reshuffle ini dilakukan beberapa hari sebelum sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap ekspor minyak Iran mulai diberlakukan.
Akademisi Farhad Dejpasand menerima mosi percaya sebagai menteri ekonomi dan keuangan baru Iran. Perombakan yang disetujui dalam sidang parlemen yang disiarkan langsung di TV negara itu juga mengganti menteri industri, menteri tenaga kerja, dan menteri pembangunan.
Mohammad Shariatmadari, menteri industri yang dicopot dari jabatannya, telah disetujui untuk mengepalai Departemen Tenaga Kerja, Koperasi, dan Sosial.
Parlemen juga menyetujui penunjukan Mohammad Eslami untuk mengepalai Kementerian Pembangunan Urban dan Jalan. Sementara Reza Rahmani, yang sebelumnya memimpin komisi parlemen untuk urusan pertambangan dan industri, menjadi menteri industri, tambang, dan perdagangan.
"Musuh utama kita, Amerika, menghadapi kita dengan pedangnya dan kita harus melawannya dan kita harus bersatu. Terlepas dari faksi-faksi yang ada, kita semua adalah bagian dari bangsa Iran," kata Presiden Iran Hassan Rouhani.
"Bagian dari masalah ekonomi kita berkaitan dengan tingkat pertukaran mata uang keras (tinggi), tetapi cadangan devisa kita lebih baik daripada lima tahun terakhir," tambah dia, tanpa membeberkan angka pasti.
Reshuffle kabinet dilakukan setelah Pemerintah Iran menghadapi tekanan kuat atas ketidakstabilan ekonomi yang sebagian besar disebabkan oleh sanksi AS.
Perekonomian Iran semakin memburuk sejak tahun lalu setelah menderita kenaikan inflasi dan angka pengangguran. Iran juga mengalami penurunan nilai mata uang sebanyak 70 persen dan menghadapi kasus korupsi.
Washington menjatuhkan sanksi terhadap perdagangan mata uang, logam, dan sektor otomotif Iran pada Agustus lalu. Sanksi diberikan setelah AS menarik diri dari kesepakatan multinasional 2015 yang mencabut sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran.
Negara-negara Eropa telah mengkritik AS karena memutuskan untuk menarik diri dari perjanjian itu. Eropa telah menyusun paket langkah-langkah ekonomi untuk membantu mengimbangi dampak tekanan AS terhadap ekonomi Teheran.
"Setahun yang lalu tidak ada yang akan percaya bahwa Eropa akan berdiri dengan Iran dan melawan Amerika. Rusia, Cina, India, Uni Eropa, dan beberapa negara Afrika serta Amerika Latin adalah teman kami. Kami harus bekerja sama dengan mereka dan menarik investasi," tutur Rouhani.