REPUBLIKA.CO.ID, MUSKAT -- Oman telah menggambarkan Israel sebagai sebuah negara di Timur Tengah. Ini disampaikan Oman sehari setelah perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu menyelesaikan kunjungannya dari Muscat.
Dilansir Aljazirah, Ahad (28/10), pada pertemuan puncak keamanan di Bahrain Sabtu (27/10), Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi bin Abdullahmengatakan kesultanan menawarkan ide untuk membantu Israel dan Palestina dalam upaya mengamankan perdamaian regional. Tetapi oman tidak bertindak sebagai mediator.
"Israel adalah negara bagian di wilayah ini, dan kita semua memahami ini. Dunia juga menyadari fakta ini. Mungkin sudah waktunya bagi Israel untuk diperlakukan sama [seperti negara-negara lain] dan juga menanggung kewajiban yang sama," kata Yusuf bin Alawi bin Abdullah.
Pernyataan ini disampaikan Bin Alawi sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Sultan Qaboos. Presiden Palestina Mahmoud Abbas juga bertemu dengan Qaboos selama kunjungan tiga hari ke negara Teluk awal pekan ini.
"Kami tidak mengatakan bahwa jalan sekarang mudah tetapi prioritas kami adalah mengakhiri konflik dan pindah ke dunia baru," kata bin Alawi pada KTT di Bahrain.
Oman mengandalkan Amerika Serikat (AS) dan upaya oleh Presiden Donald Trump menuju kesepakatan untuk perdamaian Timur Tengah). Oman dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik. Pemimpin Israel terakhir yang mengunjungi Oman adalah Shimon Peres pada 1996.
Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed al-Khalifa menyuarakan dukungan untuk Oman atas peran kesultanan dalam upaya untuk mengamankan perdamaian Israel-Palestina. Sementara itu Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan kerajaan percaya kunci untuk normalisasi hubungan dengan Israel adalah proses perdamaian.
Perjalanan Netanyahu yang tanpa pemberitahuan ke Oman menjadi kejutan bagi banyak orang. Netanyahu dan istrinya, Sara, bergabung dengan kepala intelijen Mossad Yossi Cohen dan Penasihat Keamanan Nasional Meir Ben-Shabbat.
Delegasi Israel terbang ke Oman pada Kamis dan kembali ke Israel pada Jumat. Ini merupakan kunjungan pertama oleh seorang pemimpin Israel ke kesultanan dalam lebih dari dua dekade.
Kantor Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat bahwa kunjungan itu datang atas undangan Sultan Qaboos dan terjadi atas komunikasi panjang antara kedua negara. Ini bagian dari membentuk kebijakan untuk memperdalam hubungan dengan negara-negara bagian.
Pernyataan bersama mengatakan kedua pihak membahas cara untuk memajukan proses perdamaian Timur Tengah dan sejumlah masalah kepentingan bersama untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.