REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) akan mengirimkan 5.200 pasukan untuk mengamankan perbatasan dengan Mesiko. Alasan Presiden AS Donald Trump mengirimkan pasukan dalam jumlah yang sangat besar itu karena ingin melindungi pemilu jeda pada 6 November mendatang.
Jumlah pasukan yang dikirimkan sama besarnya dengan pasukan AS yang dikirimkan ke Irak. Pemerintahan Trump sangat khawatir dengan rombongan imigran yang mencari suaka ke AS melalui Mesiko.
Kepala Komando Utara AS Jenderal Terrence O'Shaughnessy mengatakan 800 pasukan sudah melakukan patroli di perbatasan Texas. Ia menambahkan akan semakin banyak lagi pasukan yang akan dikirimkan ke perbatasan di California dan Arizona.
"Presiden sudah mengatakan dengan jelas keamanan perbatasan adalah keamanan nasional," kata O’Shaughnessy, Selasa (30/10).
Ia mengatakan pekan lalu sekitar 800 sampai 1.000 pasukan sudah ditambah. O’Shaughnessy mengatakan di luar polisi militer AS ada kemungkinan para tentara tersebut akan dipersenjatai. Tapi, belum diketahui siapa yang akan membawa senjata untuk menghadapi para imigran tersebut.
Para pejabat AS menekankan para tentara tersebut tidak akan menjadi polisi perbatasan. Mereka justru akan memberikan bantuan kepada imigran dengan mendirikan tenda atau menerbangkan personil imigrasi ke perbatasan tersebut.
Trump menyerang imigran ilegal untuk memenangkan pemilihan presiden 2016 lalu. Ia juga menyerang rombongan imigran dari Amerika Tengah untuk mendapatkan dukungan dari Partai Republik di pemilu jeda 6 November mendatang. Trump mengatakan AS akan membangun penampungan untuk imigran yang mencari suaka saat mereka menunggu keputusan pengadilan.
"Kami akan membuat tenda di semua tempat, kami akan membangun struktur dan menghabiskan untuk ini semua, Anda tahu, ratusan juta dolar AS, kami akan membuatkan tenda untuk mereka," kata Trump kepada stasiun televisi Fox News.
Trump mengatakan akan menahan para pencari suaka selama kasus mereka belum mendapatkan keputusan pengadilan. Ia tidak mau melepaskan mereka masuk ke dalam AS dan mencari penghidupan.
Jika partai Republik kehilangan kekuasan mereka di Dewan Perwakilan AS atau Senat maka akan semakin sulit bagi Trump untuk menjalankan kebijakannya. Sementara, Trump masih memiliki masa jabatan dua tahun lagi.
Menurut survei Pew Research Center pada akhir bulan September dan awal Oktober lalu sekitar 75 persen pemilih partai Republik mengatakan imigran ilegal adalah masalah besar bagi AS. Jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan pemilih partai Demokrat yang hanya sebesar 19 persen.
Meski pendukung Trump di Kongres memuji pengiriman pasukan tersebut tapi American Civil Liberties Union (ACLU) mengatakan keputusan ini sebagai langkah politis.
"Presiden Trump telah memilih melakukan hal ini tepat sebelum pemilu jeda, memaksa militer masuk ke dalam agenda anti-imigrannya yang menakutkan dan memecah belah," kata penasihat kebijakan ACLU bidang hak asasi manusia di perbatasan, Shaw Drake, di El Paso, Texas.
Melalui akun Twitternya Trump mengatakan pasukan militer AS akan menunggu para imigran ilegal. Hal itu mengindikasi akan semakin banyak lagi konfrontasi antara penjaga perbatasan dengan imigran. Ia juga menuduh para imigran berisi anggota geng.
"Tolong pulang lagi, Anda tidak akan masuk ke dalam Amerika serikat kecuali melalui proses legal, ini invansi ke negara kami dan militer kami menunggu Anda," katanya.
Pemerintahan Trump sudah mencari pilihan lain untuk mencari solusi terhadap rombongan imigran yang mencoba masuk ke dalam perbatasan negara mereka. Trump juga menggunakan kekuasaannya atas Undang-undang Imigrasi dan Kewarganegaraan dengan menyatakan para imigran dapat mengganggu keamanan nasional AS.
Sampai saat ini belum ada pilihan lain yang sudah diputuskan. Komisaris Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS Kevin McAleena, mengatakan sekitar 3.500 imigran melakukan perjalanan melalui Meksiko dengan tujuan perbatasan AS. McAleenan mengatakan rombongan kedua sekitar 3.000 orang sudah berada di perbatasan Guatemala-Meksiko.
Pada saat yang sama selama tiga pekan terakhir petugas perbatasan sudah menghadapi lebih dari 1.900 imigran ilegal per hari. MCAleenan mengatakan para imigran datang dengan menyeberangi perbatasan atau melalui pelabuhan, kebanyakan dari imigran adalah anak-anak atau orang tua dengan anak.
"Kami sudah menghadapi keamanan perbatasan dan krisis kemanusiaan di perbatasan sebelah selatan," kata McAleenan.