Rabu 31 Oct 2018 12:36 WIB

Murdiman Nekat Naik Lion Air untuk Rayakan Ulang Tahun Istri

Lion Air yang jatuh membawa 189 orang.

Red: Nur Aini
Kapal motor dari kepolisian tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (30/10), usai evakuasi korban Lion Air JT610 di perairan Karawang, Jawa Barat.
Foto: Republika/Sadly Rachman
Kapal motor dari kepolisian tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (30/10), usai evakuasi korban Lion Air JT610 di perairan Karawang, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai anggota parlemen daerah, Murdiman bin Abdul Azis terbiasa bolak-balik menggunakan pesawat terbang dari rumahnya di Kota Pangkal Pinang ke Jakarta. Namun, dia selalu menghindari penerbangan dengan menggunakan maskapai Lion Air.

Reputasi mereka lantaran kasus penundaan dan pembatalan penerbangan sudah cukup untuk membuatnya enggan memilih maskapai low cost carrier ini. Pada Senin (29/10), dia terburu-buru pulang ke rumah untuk ulang tahun istrinya. Dia telah mengunjungi kerabat di Jakarta dan memutuskan untuk menjajal peluang dengan Lion Air.

Itu adalah keputusan yang membuatnya kehilangan nyawa. Murdiman adalah salah satu dari 189 penumpang pesawat Lion Air JT610 yang jatuh ke Laut Jawa beberapa menit setelah lepas landas dari Jakarta.

Identifikasi DNA korban

Di Rumah Sakit Polisi di Jakarta Timur, putranya, Zulfahmi, sedang menggelar doa dukacita untuk ayahnya. Pria berusia 19 tahun itu baru saja menyerahkan sampel DNA kepada para ahli forensik, dengan harapan dapat menghubungkannya dengan potongan tubuh korban yang sudah dibawa ke rumah sakit itu untuk pemeriksaan post-mortem.

Jika DNA-nya bisa dicocokkan, setidaknya dia akan memiliki sesuatu dari ayahnya untuk dikuburkan.

"[Ayah saya] sangat baik. Dia menyekolahkan anak yatim ... di Solo, Jakarta, dan Pangkal Pinang," kata Zulfahmi kepada ABC.

Zulfahmi adalah anak tunggal, setelah dua saudara perempuannya meninggal karena sakit.

"Saya benar-benar sedih karena saya sudah memiliki pengalaman buruk dengan Lion Air .... Ketika saudara perempuan saya meninggal, penerbangan saya ditunda berjam-jam. Dan, sekarang ayah saya," katanya.

"Sejujurnya, Lion Air tidak seharusnya ... Anda tahulah ...," katanya kemudian berlalu.

Bahkan, setelah semua yang dia alami, dia terlalu sopan untuk menyelesaikan kalimatnya.

Di Bandara Halim Perdanakusuma, pusat krisis dari peristiwa jatuhnya Lion Air JT610 lain telah disiapkan untuk keluarga yang berduka. Seorang pria dan seorang wanita duduk di meja, dikelilingi oleh kamera, karena mereka memberikan perincian tentang putra mereka yang hilang. Mereka juga berharap bisa mendapatkan kecocokan DNA dengan potongan tubuh korban yang ditemukan.

"Ada tanda di siku kanan. Juga di telinga," ibu itu menangis.

"Kalau-kalau ada orang yang menemukannya, tolong kembalikan dia [kepada kami]."

Puing dari lokasi kecelakaan, termasuk dompet dan paspor

Sementara itu, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, puing-puing yang ditemukan dari lokasi kecelakaan menumpuk. Dompet, paspor, dan kartu identitas penumpang dan awak pesawat termasuk di antara reruntuhan itu.

Setiap nama dicatat sebelum foto mereka disajikan untuk kamera, mana tahu mereka dapat dikenali oleh teman atau kerabat.

Tim SAR saat ini masih memfokuskan upaya mereka di bawah air, dari pengamatan dan temuan di lapangan mereka tidak berharap dapat menemukan orang hidup. Mereka menggunakan sonar untuk mencari pesawat, berharap kokpit pesawat akan berada di dekatnya. Di situlah letak kotak hitam perekam percakapan di kokpit pesawat selama penerbangan yang penting. Hal itu yang menjadi harapan terbaik mereka untuk mencari tahu mengapa pesawat baru itu jatuh begitu cepat setelah lepas landas.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-10-30/duka-keluarga-korban/10448964
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement