REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Qatar menyambut baik rencana Amerika Serikat (AS) yang mendorong gencatan senjata di Yaman. Ia juga mendukung rencana AS untuk kembali ke perundingan perdamaian yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengakhiri perang Yaman.
"Permintaan AS adalah sebuah langkah menggembirakan menuju solusi politik dan mengakhiri penderitaan rakyat Yaman," ujar kementerian luar negeri Qatar dalam sebuah pernyataan pada Kamis (1/11).
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat AS Mike Pompeo pada Selasa (30/10), menyerukan untuk mengakhiri peperangan di Yaman. Ia mengatakan, perundingan yang dipimpin PBB untuk mengakhiri perang Yaman harus dimulai bulan depan.
Dalam sebuah pernyataan, Pompeo mengatakan, serangan rudal dan pesawat tak berawak oleh pemberontak Houthi terhadap Arab Saudi dan Uni Emirat Arab harus dihentikan. Koalisi yang dipimpin Saudi juga harus menghentikan serangan udara di semua daerah berpenduduk di Yaman.
Baca juga, Menlu AS Serukan Akhiri Perang Yaman.
Yaman adalah salah satu negara Arab termiskin dan menghadapi krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Ini akibat dari perang yang berlangsung hampir empat tahun. Perang terjadi antara Houthi melawan pemerintah yang diakui secara internasional yang didukung oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Barat.
Kedua belah pihak telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) serius. "Waktunya sekarang untuk penghentian permusuhan, termasuk serangan rudal dan UAV (pesawat tak berawak) dari daerah yang dikuasai Houthi ke Kerajaan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Selanjutnya, serangan udara koalisi harus berhenti di semua daerah berpenduduk di Yaman," kata Pompeo.