Senin 05 Nov 2018 19:22 WIB

Survei: Angka Bunuh Diri Siswa Capai Angka Tertinggi

Dari 250 kasus kematian, 33 karena khawatir atas masa depan mereka.

Bunuh diri (ilustrasi)
Bunuh diri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Aksi bunuh diri di kalangan anak muda Jepang telah mencapai jumlah tertinggi dalam 30 tahun terakhir ini. Demikian disampaikan Kementerian Pendidikan Jepang, Senin (5/11).

Menurut catatan hingga Maret tahun ini, sebanyak 250 murid sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas melakukan bunuh diri.

Jumlah itu meningkat dari 245 orang pada tahun sebelumnya. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 1986, yaitu ketika jumlah murid yang mengakhiri hidupnya tercatat sebanyak 268 anak.

"Jumlah kasus bunuh diri di kalangan murid masih tinggi dan itu adalah masalah menakutkan yang harus ditangani," kata pejabat Kementerian Pendidikan, Noriaki Kitazaki.

Sulit untuk mengetahui secara pasti faktor apa yang memicu peningkatan angka bunuh diri tersebut. Dari 250 kasus kematian akibat bunuh diri, 33 anak dilaporkan merasa khawatir atas masa depan mereka, 31 anak mempunyai masalah keluarga, 10 mengalami perundungan sementara 140 lagi tidak diketahui riwayatnya.

Murid sekolah menengah atas di Jepang biasanya lulus pada usia 18 tahun. Pada seluruh kelompok umur, jumlah orang yang bunuh diri di Jepang sudah menurun menjadi 21.321 pada 2017 dibandingkan puncaknya pada 2003, yaitu 34.427 orang.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement