REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif menegaskan, Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald bakal menyesali telah memberi sanksi kepada Iran. Dia menilai, lambat laun AS akan segera sadar bahwa kebijakan Anti-Iran tidak membawa hasil yang diinginkan.
"Pemerintah Trump akan menyesal telah mengambil langkah ini," kata Zarif seperti dilansir Anadoly, Kamis (8/11).
Menurut Zarif kebijakan Trump bertentangan dengan kebijakan politik presiden AS sebelumnya. Bahkan dia menilai kebijakan anti-Iran ini merupakan suatu hal yang sia-sia. "Karena itu kebijakan Trump harus memahami bahwa kebijakan anti-Iran harus diubah," jelas Zarif.
Diketahui, Pemerintahan Presiden Donald Trump kembali memberlakukan sanksi yang dicabut di bawah kesepakatan nuklir 2015 setelah menarik diri dari perjanjian internasional yang dicapai antara Iran, Amerika Serikat dan lima negara lainnya: Inggris, Prancis, Jerman, Cina dan Rusia.
Baca juga, Erdogan Ogah Patuhi Sanksi AS ke Iran.
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki tidak akan mematuhi sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap industri minyak dan pelayaran Iran. Menurutnya, AS hanya bertujuan membuat dunia menjadi tidak seimbang.
Erdogan pun mengutuk sanksi tersebut. Menurutnya, sanksi itu adalah langkah-langkah yang ditujukan untuk membuat dunia kisruh.
"Kami benar-benar tidak akan mematuhi sanksi tersebut. Kami membeli 10 miliar meter kubik gas alam. Kita tidak bisa membekukan orang-orang kita di udara dingin," ujar Erdogan pada Selasa (6/11), seperti dikutip Reuters.
Anggota NATO, Turki, sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan energi dlaam. Iran yang merupakan negara tetangga Turki menjadi salah satu pemasok utama minyak. Sebab, kedekatan negara serta kualitas perbedaan harga minyak mentah yang menguntungkan.