REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memecat Jaksa Agung Jeff Sessions pada Rabu (7/11) dan mengancam Partai Demokrat. Ia mengatakan akan melawan partai itu jika menggunakan suara mayoritas baru mereka di House of Representative untuk memulai penyelidikan terhadap pemerintahan dan keuangannya.
Sessions, mantan senator AS berusia 71 tahun dari Alabama, awalnya adalah pendukung setia Trump. Namun, ia sempat memicu kemarahan Trump ketika mengundurkan diri dari penyelidikan terkait campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016.
Trump memecat Sessions sehari setelah Partai Republiknya kehilangan kendali atas House. Ia kemudian menunjuk kepala staf Sessions, Matthew Whitaker, sebagai pelaksana tugas Jaksa Agung, untuk menggantikan Sessions.
Langkah Trump itu mendorong kritik tajam dari Partai Demokrat. Mereka mengatakan Trump tengah berusaha menganggu penyelidikan terkait campur tangan Rusia.
Nancy Pelosi, pemimpin Partai Demokrat di House, mengatakan di Twitter bahwa pemecatan Sessions adalah upaya mencolok yang dilakukan Trump untuk melemahkan penyelidikan terhadap Rusia. Dia mendesak Whitaker, yang sekarang mengawasi Penasihat Khusus Robert Mueller dalam penyelidikan itu, untuk tidak melibatkan diri.
Dalam konferensi pers setelah pemilu sela diselenggarakan, pada Rabu (7/11), Trump memperingatkan akan adanya 'perang' di Washington jika Demokrat membuka penyelidikan terkait pemerintahannya.
Partai Demokrat saat ini akan mengepalai komite-komite yang ada di House, yang dapat menyelidiki data pengembalian pajak presiden, yang tidak diserahkan Trump saat ia masih menjadi kandidat. Demokrat juga bisa menyelidiki konflik kepentingan bisnis Trump dan hubungan tim kampanye Trump dengan Rusia yang sedang diselidiki oleh Mueller.
Trump mengatakan dia bisa memecat Mueller jika dia ingin. Namun, ia mengaku ragu untuk mengambil langkah itu. "Saya bisa memecat semua orang sekarang, tetapi saya tidak ingin menghentikannya, karena secara politik saya tidak suka menghentikannya," kata dia.
Trump yang mengklaim kemenangan karena terdapat mayoritas Partai Republik di Senat AS, mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa keuntungan yang ia dapatkan melebihi mayoritas Partai Demokrat di House. Mayoritas Partai Republik di Senat dapat mempermudah Trump untuk melantik jaksa agung baru.
Trump menambahkan, dia bersedia bekerja sama dengan Partai Demokrat pada prioritas utama pemerintahannya. Akan tetapi, ia merasa penyelidikan House terhadap pemerintahannya akan merugikan prospek bipartisan.
Kekuatan yang terbagi di Kongres dikombinasikan dengan pandangan luas Trump tentang kekuasaan eksekutif dapat mengungkap polarisasi politik dan kemacetan legislatif di Washington.
Mungkin ada ruang bagi Trump dan Partai Demokrat untuk bekerja sama dalam masalah tertentu, seperti peningkatan infrastruktur, perlindungan terhadap kenaikan harga obat, dan dorongan untuk menyeimbangkan perdagangan dengan Cina.
"Ini benar-benar bisa menjadi kerja sama bipartisan yang indah," kata Trump.
Dia mengatakan Pelosi telah berbicara kepadanya dalam panggilan telepon, mengenai keinginannya untuk bekerja sama. Pelosi, dalam konferensi pers di Capitol Hill sebelum berita pemecatan Sessions, mengatakan Demokrat akan bersedia bekerja dengan Trump jika memungkinkan.