REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina meminta Amerika Serikat (AS) menghentikan pengiriman kapal dan pesawat militer ke pulau-pulau di sekitar Laut Cina Selatan. Hal itu disampaikan saat Menteri Luar Negeri Cina Yang Jiechi bertemu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Washington, Jumat (9/11).
"Cina menjelaskan kepada AS bahwa pihaknya harus menghentikan pengiriman kapal dan pesawat militernya ke dekat pulau-pulau Cina (di Laut Cina Selatan) serta menghentikan tindakan yang merongrong otoritas Cina dan kepentingan keamanan," kata Yang.
Dalam pertemuan itu, Yang didampingi Menteri Pertahanan Cina Wei Fenghe. Kendati mengecam tindakan AS di sekitar Laut Cina Selatan, Yang dan Wei sepakat bahwa kerja sama dengan AS memang perlu ditingkatkan, terutama dalam bidang militer. Hal itu penting guna mencegah terjadinya konflik di antara kedua negara.
"Kerja sama adalah satu-satunya pilihan bagi kami. Konfrontasi dan konflik antara kedua militer akan berarti bencana bagi kita semua," ujar Wei.
Pompeo menyatakan AS tidak mengejar kebijakan Perang Dingin dengan Cina, termasuk terkait isu Laut Cina Selatan. "Sebaliknya kami ingin memastikan bahwa Cina bertindak secara bertanggung jawab dan adil dalam mendukung keamanan dan kemakmuran masing-masing dari kedua negara kami," ujarnya.
Sementara Menteri Pertahanan AS Jim Mattis, yang turut menghadiri pertemuan dengan Yang dan Wei, menegaskan tentang hak kebebasan navigasi AS, dalam konteks ini di sekitar Laut Cina Selatan. Sebab AS memandang Laut Cina Selatan sebagai wilayah perairan internasional.
Kendati demikian, Mattis sepakat tentang pentingnya peningkatan kerja sama dengan Beijing di bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama. "Persaingan bukan berarti permusuhan, juga harus mengarah pada konflik," kata Mattis.
Terlepas dari mencoloknya perbedaan dalam pertemuan tersebut, AS dan Cina telah sepakat untuk mengurangi ketegangan. AS dan Cina diketahui telah bersitegang akibat klaim sepihak Cina atas wilayah Laut Cina Selatan.
Cina Ingin Berdamai dengan AS Setelah Terlibat Perang Dagang
Cina telah mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan sebagai bagian dari teritorialnya. Hal itu ditentang dan diprotes oleh beberapa negara ASEAN yang berbatasan langsung dengan wilayah perairan strategis tersebut. AS pun menolak klaim Cina.
AS telah menegaskan akan terus melakukan penerbangan dan pelayaran di wilayah manapun selama hukum internasional mengizinkan, termasuk di Laut Cina Selatan. Hal itu yang memicu protes dan kemarahan Cina. Beijing menilai tindakan AS tersebut sebagai provokasi terhadapnya.
Akhir bulan ini, Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump akan bertemu di sela-sela perhelatan G-20 di Argentina. Selain isu tentang perang dagang, keduanya diperkirakan akan turut membahas perihal Laut Cina Selatan.