Sabtu 10 Nov 2018 21:12 WIB

Polisi: Penyerang Berpisau di Melbourne Terinspirasi ISIS

Polisi menembak mati pelaku yang telah menewaskan satu warga Australia.

Polisi memasang police line di sekitar TKP
Foto: Reuters
Polisi memasang police line di sekitar TKP

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE— Seorang pria kelahiran Somalia, yang membakar truk bermuatan tabung gas dan menusuk satu orang hingga tewas di Melbourne, mengaku terilhami ISIS meski tidak memiliki hubungan dengan kelompok itu. 

Polisi menyebut pria yang bertanggung jawab atas serangan pada Jumat (9/10) itu bernama Hassan Khalif Shire Ali, 30 tahun, yang menjadi radikal dan terilhami propaganda kelompok militan tersebut. Ia ditembak oleh polisi dan meninggal di rumah sakit.

Penjabat Wakil Komisaris Kepolisian Federal Australia Ian McCartney mengatakan,  paspor Australia milik Shire Ali ditangguhkan pada 2015 berdasarkan atas laporan intelijen, yang menyatakan ia berencana pergi ke Suriah, tetapi lembaga itu menilai ia memiliki pandangan radikal dan tidak mengancam keamanan nasional.

"Saya pikir dia (Shire Ali) terinspirasi. Dia jadi radikal," kata Penjabat Wakil Komisaris Kepolisian Federal Australia Ian McCartney kepada wartawan di Melbourne. "Kami tak katakan ada kontak langsung. Kami katakan sudah ada perspektif inspirasi," katanya seperti dilansir Reuters, Sabtu (10/11)

Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Australia memiliki sistem untuk menghadapi terorisme dan mengatakan kepada wartawan di Sydney bahwa Islam radikal merupakan isu.

Serangan pada Jumat terjadi sebelum jam sibuk malam dan hanya berlangsung beberapa menit. Shire Ali menusuk beberapa pejalan kaki dan menyerang personel polisi sementara truk yang membawa tabung gas terbakar di Jalan Bourke yang sibuk.

Tabung-tabung gas itu tidak meledak dan kebakaran dipadamkan dalam waktu 10 menit.

Polisi mengatakan seorang pria yang ditusuk berusia 74 tahun dan bekerja di kota itu tapi tidak menyebutkan namanya. Media setempat menyatakan pria tersebut adalah pemilik rumah makan.

 

 

 

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement