Ahad 11 Nov 2018 06:26 WIB

AS Setop Isi Bahan Bakar Buat Jet Saudi untuk Perang Yaman

Perang berkecamuk di Kota Hudaidah.

Perang terus terjadi di berbagai penjuru wilayah di Yaman.
Foto: Reuers
Perang terus terjadi di berbagai penjuru wilayah di Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Arab Saudi dan Amerika Serikat sepakat untuk mengakhiri pengisian bahan bakar pesawat AS dari koalisi pimpinan Saudi yang memerangi pemberontak Houthi di Yaman.

Hal itu mengakahiri aspek dukungan AS terhadap perang yang telah membuat Yaman masuk ke jurang kelaparan. Langkah yang diumumkan oleh koalisi itu pada Sabtu dan dibenarkan oleh Washington, terjadi pada saat Riyadh sedang dalam tekanan. 

Jatuhnya korban dari warga sipil Yaman akibat serangan-serangan udara kematian wartawan Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober membuat dunia mengarahkan jarinya ke Riyadh.

"Baru-baru ini Kerajaan (Arab Saudi) dan koalisi meningkatkan kapabilitasnya melakukan pengisian bahan bakar dalam penerbangan secara independen di Yaman. Hasilnya dalam konsultasi dengan AS, koalisi itu telah meminta penghentian dukungan pengisian bahan bakar dalam penerbangan untuk operasi-operasinya di Yaman," kata Saudi dalam pernyataan.

Baca juga,  PBB akan Gelar Perundingan Damai Yaman.

Amerika Serikat dan Inggris akhir bulan lalu menyerukan gencatan senjata di Yaman untuk mendukung usaha-usaha pimpinan PBB mengakhiri perang yang sudah berlangsung empat tahun. Lebih 10 ribu orang tewas dalam perang yang memicu krisis kemanusiaan paling mendesak di dunia.

Arab Saudi memiliki armada 23 pesawat untuk operasi pengisian bahan bakar, termasuk enam Airbus 330 MRTT digunakan untuk Yaman. Sementara Uni Emirat Arab mempunyai enam pesawat Airbus, Demikian saluran Al Arabiya al-Hadath milik Saudi melaporkan pada Sabtu.

Riyadh juga memiliki sembilan pesawat Hercules KC-130 yang dapat digunakan. Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan, Pemerintah AS diajak konsultasi mengenai keputusan itu dan Washington mendukung langkah tersebut.

Aliansi Muslim Sunni itu yang dipimpin oleh Arab Saudi dan UAE baru-baru ini meningkatkan operasi militer terhadap gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran, termasuk di kota pelabuhan Hudaidah.  Kota ini merupakan urat nadi bagi jutaan warga Yaman.

"Serangan-serangan yang terus dilancarkan ... oleh koalisi Saudi-UAE-AS membenarkan bahwa seruan-seruan Amerika untuk gencatan senjata hanya omong kosong," kata Mohammed Ali al-Houthi, kepala komite revolusi tertinggi kelompok itu, dalam tulisannya yang disiarkan oleh the Washington Post pada Jumat.

Menurut dia, seruan gencatan senjata merupakan usaha menyelamatkan muka Saudi setelah kehinaan yang disebabkan oleh pembunuhan kolumnis Khashoggi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement