REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Serangan pasukan keamanan Israel ke jalur Gaza menewaskan enam orang Palestina. Menurut pejabat medis Palestina dan Hamas korban tewas juga termasuk komandan sayam militer Hamas, Izzudin el-Qasam. Yakni komandan Nour Baraka dan anggota Hamas Mohammad Al-Qarra.
Hamas mengatakan serangan Israel ini menargetkan komandan Hamas. Ini memicu tembakan roket dari daerah kantong yang dikuasai Hamas, dengan sirene terdengar masyarakat Israel di sepanjang perbatasan.
Militer Israel mengatakan, pertahanannya mencegat dua peluncuran roket. Tidak ada laporan langsung terkait korban jiwa atau kerusakan di sisi perbatasan Israel.
Kekerasan ini mendorong Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mempersingkat kunjungan ke Paris. Netanyahu mengadakan pertemuan dengan pemimpin dunia di Paris untuk memperingati 100 tahun berakhirnya Perang Dunia Pertama.
Seorang pejabat Hamas mengatakan kekerasan terjadi ketika sekelompok orang bersenjata diserang dari sebuah mobil yang lewat milik pasukan keamanan Israel. Serangan ini menewaskan salah seorang komandan Hamas. Orang-orang bersenjata Hamas mengejar mobil itu saat menuju kembali ke perbatasan Israel.
Para saksi mengatakan selama pengejaran tersebut pesawat Israel menembakkan lebih dari 40 rudal di daerah tempat insiden itu terjadi.
Saat ini masih belum diketahui apakah korban jiwa lainnya termasuk orang bersenjata tersebut.
"Selama kegiatan operasi IDF (Israel Defense Forces) di Jalur Gaza, peningkatan pertukaran serangan terjadi," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengadakan pertemuan di markas militer Israel untuk membahas situasi tersebut.
Kembalinya Israel ke kebijakan penargetan individu komandan Hamas - taktik ini telah ditinggalkan dalam beberapa tahun terakhir - dapat secara signifikan meningkatkan ketegangan di sepanjang perbatasan.
Kekerasan sering berkobar di perbatasan sejak Palestina memulai protes pada 30 Maret. Mesir, Qatar, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah berusaha untuk menengahi gencatan senjata jangka panjang.