REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT— Presiden Irak Barham Salih pada Ahad (11/11) mendesak Amerika Serikat mempertimbangkan posisi ekonomi dan politik Baghdad menyusul sanksi-sanksi yang diberlakukan kembali oleh Washington terhadap Iran.
Amerika Serikat mengatakan pada Jumat, Irak dapat terus mengimpor pasokan energi dan gas alam dari Iran selama kurun waktu 45 hari sepanjang Irak tidak membayar impor dari Iran dengan menggunakan dolar AS. Sanksi-sanksi atas sektor perminyakan Teheran berlaku efektif pada 5 November.
"Kami tidak menginginkan Irak terbebani sanksi-sanksi AS atas Iran," kata Barham Salih, Presiden Irak yang baru terpilih, kepada wartawan dalam kunjungan ke Kuwait."
Dia mengatakan, Irak ingin memelihara hubungan "berimbang" dengan semua tetangga-tetangganya dan masyarakat internasional.
"Iran merupakan negara tetangga dan kepentingan kami memiliki hubungan baik dan stabil dengan Iran," kata dia, dengan menambahkan rakyat Irak juga ingin memperdalam hubungan dengan negara-negara Arab dan Teluk.
Irak perlu membangun kembali ekonomi dan prasarananya setelah keluar dari konflik yang menghancurkan dengan ISIS.
Para pejabat bank sentral Irak mengatakan pada Agustus bahwa ekonomi negaranya terkait erat dengan Iran yang non-Arab.