REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Arab Saudi disebut tidak akan pernah menerima penyelidikan internasional independen atas kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Hal itu diungkapkan mantan kepala badan intelijen Saudi Pangeran Turki al-Faisal.
Ia mengatakan dalam menangani kasus Khashoggi, Saudi akan sepenuhnya menerapkan dan melaksanakan sistem hukumnya.
“Kerajaan (Saudi) tidak akan pernah menerima campur tangan asing dalam sistem itu,” ujarnya saat berbicara di International Peace Institute di New York, Amerika Serikat (AS) seperti dikutip laman Middle East Monitor pada Ahad (11/11).
Kendati demikian, ia menyatakan Saudi tidak akan menyembunyikan kebenaran. “Kerajaan tidak akan pernah berusaha menyembunyikan kebenaran, bukan hanya pada situasi ini, tapi pada situasi lain,” ujar Pangeran Turki.
Ia menegaskan laporan akhir dari penyelidikan kasus Khashoggi akan menjelaskan secara persis apa yang terjadi sebenarnya. Hal itu sekaligus menjawab berbagai pertanyaan yang telah dispekulasikan.
Pangeran Turki berharap Saudi memenuhi janjinya dengan meletakkan segala fakta di atas meja. Ia pun menginginkan agar Riyadh dapat memberi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang nasib jasad Khashoggi.
Saat berbicara di International Peace Institute, Pangeran Turki pun sempat mengenang momen yang pernah dilaluinya bersama Khashoggi. Ia mengatakan Khashoggi merupakan juru bicara kedutaan Saudi ketika dia menjadi duta besar untuk AS dan Inggris. Hubungannya dengan Khashoggi cukup baik selama bertahun-tahun.
Khashoggi dinyatakan hilang pada 2 Oktober saat mengunjungi gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Berselang dua pekan, dia dikonfirmasi telah dibunuh di dalam gedung tersebut.
Jaksa Saudi dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menyatakan bahwa pembunuhan terhadap Khashoggi direncanakan. Namun hingga kini belum diketahui siapa aktor atau tokoh yang memerintahkan pembunuhan itu.
Baca juga, Ini Detik-Detik Hilangnya Khashoggi di Konsulat Saudi.
Khashoggi merupakan jurnalis kondang Saudi yang menjadi kolumnis di The Washington Post. Selama berkarier sebagai jurnalis, dia diketahui kerap melayangkan kritik tajam terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil Pemerintah Saudi.