REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membahas kasus pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi. Pembahasan dilakukan saat mereka bertemu di sela-sela peringatan 100 tahun berakhirnya Perang Dunia I yang diselenggarakan di Paris, Prancis, akhir pekan lalu.
Menurut seorang pejabat Gedung Putih, Trump dan Erdogan membahas kasus Khashoggi saat keduanya menghadiri jamuan makan malam. Acara itu juga dihadiri para pemimpin dunia yang memperingati 100 tahun berakhirnya Perang Dunia I.
Kendati demikian, pejabat Gedung Putih itu tak menjelaskan secara mendetil perihal apa saja yang dibahas Trump dan Erdogan. Pada Rabu pekan lalu, Trump telah mengatakan dia bekerja dengan Kongres, Turki, dan Saudi untuk menetapkan siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi.
Baca juga, Saudi Disorot Soal Perang Yaman dan Pembunuhan Khashoggi.
Sementara Erdogan, pada akhir pekan lalu, mengumumkan bahwa rekaman audio yang memperdengarkan detik-detik pembunuhan Khashoggi telah diberikan kepada pemerintah AS, Inggris, Jerman, dan Prancis. Erdogan kembali menyatakan bahwa pembunuhan Khashoggi diperintahkan oleh pejabat tinggi Pemerintah Saudi.
Pada Ahad (11/11), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah melakukan percakapan via telepon dengan Putra Mahkota Kerajaan Saudi Pangeran Muhammad bin Salman. Pada kesempatan itu, Pompeo mendesak Saudi menghukum mereka yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.
“Menteri (Luar Negeri AS) menekankan bahwa AS akan menahan semua yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi yang bertanggung jawab, dan bahwa Arab Saudi harus melakukan hal yang sama,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernytaan, dikutip laman Daily Sabah.
Pompeo sebelumnya telah mengatakan pembunuhan Khashoggi melanggar norma hukum internasional. Ia pun menyatakan AS sedang meninjau kemungkinan menjatuhkan sanksi kepada mereka yang terlibat dalam pembunuhan tersebut.
Khashoggi merupakan jurnalis kondang Saudi yang menjadi kolumnis di The Washington Post. Selama berkarier sebagai jurnalis, dia diketahui kerap melayangkan kritik tajam terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil Pemerintah Saudi.