REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Sebuah lembaga think tank Amerika Serikat (AS), Center for Strategic and International Studies (CSIS), telah mengidentifikasi sedikitnya 13 dari kira-kira 20 pangkalan operasi rudal yang tidak dilaporkan di Korea Utara (Korut). Dalam laporannya, peneliti Joseph Bermudez mengatakan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur kecil telah diamati di beberapa situs, meskipun negosiasi denuklirisasi sedang berlangsung.
Situs-situs yang diidentifikasi dalam laporan CSIS tersebar di daerah pegunungan terpencil di Korut. Pangkalan dapat digunakan untuk rudal balistik dari berbagai jenis, dan yang terbesar diyakini mampu menyerang wilayah AS.
"Pangkalan operasi Rudal bukan fasilitas peluncuran. Namun rudal dapat diluncurkan dalam keadaan darurat, prosedur operasi Tentara Rakyat Korea (KPA) menyerukan agar peluncur rudal dipisahkan dengan pangkalan peluncuran pra-survei atau pangkalan semi-persiapan untuk operasi," tulis Bermudez.
Tak satu pun dari pangkalan rudal itu yang telah diakui oleh Korut. Analis mengatakan pengungkapan akurat senjata nuklir Korut akan menjadi bagian penting dari kesepakatan denuklirisasi.
Laporan itu menyatakan, Sakkanmol, pangkalan operasi rudal yang paling dekat dengan perbatasan Korsel, tampaknya masih aktif dan dipelihara dengan baik.
"Pembongkaran fasilitas peluncuran satelit Sohae Korea Utara, mendapatkan banyak perhatian media, mengaburkan ancaman militer terhadap pasukan AS dan Korea Selatan dari pangkalan rudal balistik yang tidak dideklarasikan ini," kata Bermudez.
Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump berjanji untuk bekerja sama menuju denuklirisasi pada pertemuan puncak Juni lalu di Singapura. Namun perjanjian itu tidak dijelaskan secara spesifik dan negosiasi hanya mengalami sedikit kemajuan.
Tak lama setelah pertemuan puncak itu, Trump mencicit bahwa tidak akan ada lagi ancaman nuklir dari Korut. Korut menyatakan kekuatan nuklirnya telah lengkap dan akan menghentikan uji coba rudal dan nuklir di awal tahun ini. Namun Pyongyang belum melakukan deklarasi konkret atas janjinya untuk menghentikan program persenjataan itu.
Korut mengatakan telah menutup situs uji coba nuklir Punggye-ri dan fasilitas uji mesin rudal Sohae. Korut juga menjanjikan penutupan lebih banyak situs dan memungkinkan inspektur internasional untuk memantau penutupan itu.
Pekan lalu, Korut membatalkan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di New York. Pada Senin (12/11), media Pemerintah Korut mengatakan Korsel telah melanggar perjanjian karena memulai kembali beberapa latihan militer berskala kecil dengan AS.