REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI TAW -- Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi mendapat pembelaan dari partai, pemerintah, dan masyrakat Myanmar setelah penghargaan “Ambassador of Conscience” yang diberikan Amnesty International dicabut. Penghargaan itu dicabut karena Suu Kyi dinilai mengkhianati nilai-nilai, termasuk hak asasi manusia (HAM), yang pernah dibelanya.
Partai yang dipimpin Suu Kyi, yakni National League for Democracy (NLD), mengkritik keras pencabutan penghargaan yang diberikan Amnesty terhadap Suu Kyi. "Pencopotan penghargaan tidak hanya merugikan martabat Aung San Suu Kyi, tapi juga semua anggota NLD,” ujar juru bicara NLD Myo Nyunt, dikutip laman Channel News Asia, Selasa (13/11).
Menurutnya, Suu Kyi dan partainya telah bekerja keras untuk membela etnis Rohingya yang sebagian besar telah mengungsi ke Bangaladesh. Suu Kyi dan NLD juga berupaya agar Rohingya bisa mendapatkan status kewarganegaraan di Myanmar.
Wakil Menteri Informasi Myanmar Aung Hla Tun mengaku kecewa atas keputusan Amnesty mencabut penghargaan Ambassador of Conscience dari Suu Kyi. Ia menilai Suu Kyi telah diperlakukan tidak adil.
Baca juga, Ramai-Ramai Menghukum Suu Kyi.
Kendati demikian, ia menilai, keputusan Amnesty tidak akan menyurutkan kecintaan masyarakat Myanmar terhadapnya. “Langkah seperti itu hanya akan membuat orang-orang lebih mencintainya (Suu Kyi),” ujar Aung Hla Tun.
Htay Htay (60 tahun), seorang warga Myanmar yang tinggal di Yangon, telah mengetahui kabar tentang dicabutnya penghargaan terhadap Suu Kyi oleh Amnesty. Ia menyatakan, keputusan Amnesty tidak mengikis atau menghilangnya rasa hormatnya terhadap Suu Kyi. “Kami tidak membutuhkan penghargaan mereka,” katanya.
Warga Yangon lainnya, Khun Maung Aye (50 tahun), berpendapat serupa seperti Htay Htay. Menurutnya apa yang dilakukan Amnesty terhadap Suu Kyi sangat kekanak-kanakan. “Ini seperti anak-anak tidak bergaul satu sama lain dan mengambil kembali mainan mereka,” ujar Khin Maung Aye.
Amnesty memberikan penghargaan Ambassador of Coscience untuk Suu Kyi pada 2009. Penghargaan itu diberikan karena Suu Kyi dianggap tokoh yang konsen membela HAM dan ketidakadilan di negaranya.
Namun Amnesty memutuskan mencabut penghargaan itu karena Suu Kyi dianggap tak lagi melaksanakan perannya seperti dulu.
"Sebagai seorang 'Ambassador of Conscience Amnesty International', harapan kami adalah Anda melanjutkan otoritas moral Anda untuk menentang ketidakadilan di manapun Anda melihatnya, termasuk di Myanmar sendiri," kata Sekretaris Jenderal Amnesty International Kumi Naidoo dalam sebuah surat yang dikirimkannya kepada Suu Kyi.
"Hari ini kami sangat kecewa menyampaikan bahwa Anda tidak lagi mewakili simbol harapan, keberanian, dan pembela hak asasi manusia,” ungkap Naidoo.
Menurut Naidoo, pihaknya tidak mempunyai alasan untuk tetap mempertahankan status Suu Kyi sebagai penerima penghargaan Ambassador of Conscience. Oleh karena itu, dengan sangat berat hati menarik penghargaan tersebut.