REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasukan gabungan Palestina di Gaza sepakat untuk melakukan gencatan senjata bila pasukan militer Israel mau melakukan hal serupa. Kontak senjata belakangan ini merupakan kontak terbesar setelah terjadinya kontak senjata terbesar setelah kontak senjata pada 2014.
Pada Selasa (13/11), pasukan gabungan Palestina menyatakan bahwa gencatan senjata akan mereka lakukan. "Sepanjang musuh zionis melakukan hal yang sama," kata perwakilan Palestina pada Reuters, Selasa (13/11).
Sedangkan, seorang perwakilan Israel mengatakan, Israel juga berniat melakukan gencatan senjata dengan melihat dari bagaimana pergerakan para milisi Palestina.
Sejak Senin, serangan udara Israel telah menewaskan tujuh warga Palestina, lima di antaranya adalah penembak. Serangan rudal dari Gaza membunuh seorang warga Palestina yang tinggal di tepi Barat Gaza.
Aktivitas kontak senjata ini dapat dikatakan sebagai kontak senjata yang besar sejak terjadinya kontak senjata antara dua negara itu pada 2014. Serangan ini disebut menjadi yang terbesar ketiga dalam satu dasawarsa kontak senjata antara Israel dan milisi Palestina yang dikenal dengan nama Hamas itu.
Hamas dan faksi-faksi bersenjata lainnya menembakkan lebih dari 400 roket atau bom mortir ke seberang perbatasan setelah melakukan serangan peluru kendali. Peluru itu mengenai sebuah bus yang melukai seorang tentara Israel.
Ketika ditanya apakah Israel sedang menuju gencatan senjata, Yuval Steinitz, anggota kabinet keamanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, masih menunjukkan sikap yang gamang. "Saya akan mengatakan bahwa definisi yang lebih akurat adalah bahwa militer Israel mendaratkan pukulan keras dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Hamas dan kelompok-kelompok teroris di Gaza, dan kita akan melihat apakah itu akan cukup atau apakah pukulan lebih lanjut akan diperlukan," ujar dia.