REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dilaporkan telah melakukan pengujian senjata taktis yang baru dikembangkan. Media Korut KCNA pada Jumat (16/11) melaporkan, Kim menyebut senjata itu sebagai tampilan lain dari kemampuan pertahanan Korut yang berkembang pesat di seluruh wilayah.
Laporan ini merupakan laporan pertama media Pemerintah Korut terkait perkembangan baru program senjata mereka dalam beberapa bulan terakhir.
"Hasil ini hari ini adalah justifikasi kebijakan partai yang berfokus pada ilmu pengetahuan dan teknologi pertahanan, tampilan lain dari kemampuan pertahanan kami yang berkembang pesat di seluruh wilayah, dan perubahan yang sangat penting dalam memperkuat kemampuan tempur militer kami," kata Kim, dikutip KCNA. KCNA mengatakan pengujian itu berhasil.
Kim menjelaskan, sistem persenjataan baru yang diuji ini adalah persenjataan yang sangat diinginkan ayahnya, Kim Jong-il, semasa hidupnya. Kim Jong-il telah secara pribadi memimpin proses pengembangannya.
Ini adalah kunjungan pertama Kim ke lokasi pengujian senjata sejak pertemuan puncaknya dengan Presiden AS Donald Trump pada Juni lalu. Kedua pemimpin itu sepakat untuk bekerja sama menuju denuklirisasi dan perdamaian di semenanjung Korea, serta membangun hubungan baru antara AS dan Korut.
Walau bagaimanapun, perjanjian itu tidak dijelaskan secara spesifik. Negosiasi juga tidak mengalami kemajuan yang berarti. Setiap pengujian senjata baru yang dilakukan oleh Korut kemungkinan akan meningkatkan ketegangan dengan Washington. AS mengatakan tidak akan ada pengurangan sanksi internasional sampai Korut mengambil langkah-langkah yang lebih konkret untuk meninggalkan senjata nuklir atau rudal jarak jauhnya.
Gedung Putih telah mengajukan pertanyaan tentang perkembangan terakhir Korut ke Departemen Luar Negeri AS, tetapi belum mendapatkan jawaban.
Trump pada Selasa (13/11), mengkritik laporan media yang ia sebut tidak akurat dalam melaporkan Korut yang belum mengumumkan 20 pangkalan rudalnya. "Saya akan menjadi orang pertama yang memberi tahu Anda jika keadaan bertambah buruk!" kata Trump di Twitter.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah dijadwalkan bertemu dengan pembantu senior Kim Jong-un, Kim Yong-chol, di New York awal bulan ini, tetapi ditunda ke kemudian hari. Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan pada Kamis (15/11) Trump berencana untuk bertemu Kim Jong-un lagi pada 2019 dan akan mendorong rencana konkret untuk menguraikan langkah-langkah Pyongyang guna mengakhiri program senjatanya.