REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Turki membantah ada kesepakatan dengan Amerika Serikat untuk menurunkan penyelidikannya atas pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi.
NBC News melaporkan pada Kamis, pemerintahan Trump mempelajari cara untuk mengekstradisi Fethullah Gulen dan membujuk Presiden Tayyip Erdogan untuk meredakan tekanan atas Arab Saudi terkait pembunuhan itu. Gedung Putih mengatakan berita tersebut "tidak tepat".
Pejabat tinggi Turki mengatakan masalah mengenai ekstradisi Gulen, yang telah lama diupayakan Turki, dan penyelidikan atas siapa di balik pembunuhan Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul bulan lalu adalah persoalan terpisah.
"Turki tidak menawarkan penyelidikan Khashoggi dengan ekstradisi Fethullah Gulen," kata pejabat itu. "Kami tidak punya niat campur tangan dalam penyelidikan Khashoggi demi keuntungan politik atau hukum."
Erdogan telah mengatakan, perintah untuk membunuh Khashoggi datang dari pejabat paling tinggi di kepemimpinan Saudi.
Baca juga, Erdogan: Pembunuhan Khashoggi Direncanakan dan Brutal.
Washington pada Kamis mengumumkan sanksi-sanksi atas pembunuhan itu, menyasar 17 pejabat Saudi tetapi tidak pemerintah Riyadh yang menjadi sekutu ekonomi dan keamanan AS.
Beberapa komentator Saudi menunjuk laporan NBC sebagai bunti bahwa Turki berusaha menggunakan pembunuhan Khashoggi untuk keuntungan politik.
"Saya tak pernah punya keraguan bahwa Turki memperdagangkan darah Jamal Khashoggi," tulis Abdulrahman al-Rashed, kolumnis terkemuka Saudi, di Twitter.
Erdogan sudah lama menuntut Washington menyerahkan Gulen, yang membantah keterlibatan dalam usaha kudeta itu dan memutuskan mengasingkan diri ke AS sejak 1999. Pejabat mengatakan pengadilan AS memerlukan bukti cukup untuk mengektradisi ulama uzur tersebut