REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Puluhan orang Palestina cedera pada Jumat (16/110, saat mereka ikut dalam pawai yang berlangsung di sepanjang zona penyangga Jalur Gaza-Israel. Juru Bicara Kementeritan Kesehatan Palestina Ashraf Al-Qidra mengatakan 40 demonstran telah cedera, termasuk tiga orang yang berada dalam kondisi kritis, oleh tentara Israel yang ditempatkan di sepanjang zona penyangga tersebut.
Pemrotes menuntut hak untuk pulang ke rumah mereka di Palestina, yang bersejarah, tempat mereka terusir pada 1948 untuk memberi jalan bagi berdirinya negara baru Israel. Mereka juga menuntut diakhirinya blokade 12-tahun Israel atas Jalur Gaza, yang telah merusak ekonomi daerah kantung pantai itu danmelucuti banyak komoditas dasar untuk lebih dari dua juta warganya.
Sejak protes di Jalur Gaza dimulai pada 30 Maret, lebih dari 210 orang Palesitna telah gugur, dan ribuan orang lagi cedera akibat tembakan gas air mata dan peluru militer Israel, kata Kantor Berita Anadolu.
Dalam perkembangan terkait, beberapa orang Palestina cedera oleh tentara Israel saat mereka ikut dalam demonstrasi anti-permukiman Yahudi di daerah pendudukan Tepi Barat Sungai Jordan, kata Bulan Sabit Merah Palestina (PRC).
Di dalam satu pernyataan, PRC mengatakan tiga orang Palestina telah cedera akibat peluru karet tentara Israel saat mereka ikut dalam protes di Desa Ras Karkar di dekat Ramallah dan di Desa Kafr Qadum di dekat Kota Tulkarm.
Puluhan orang Palestina menderita karena menghirup gas air mata setlah dibubarkan oleh pasukan militer Israel di Desa Bilin di sebelah barat Bethlehem, tambah PRC.
Menurut pengungsi Palestina, lebih dari 700 ribu orang Yahudi Israel tinggal di 196 permukiman yang dibangun dengan persetujuan pemerintah Israel, dan lebih dari 200 permukiman garis depan, yang dibangun tanpa persetujuan pemerintah Israel, di seluruh Tepi Barat.
Masyarakat internasional memandang Tepi Barat dan Jerusalem Timur sebagai 'wilayah yang diduduki' dan menganggap semua kegiatan permukiman Yahudi di sana tidak sah.
Pada Ahad (11/11) banyak ahli politik yang berpusat di Jalur Gaza mengatakan penerobosan militer Israel ke dalam Jalur Gaza bertujuan untuk "mengganggu dan membuat bingung" kelompok perlawanan Palestina, terutama Hamas yang telah menguasai daerah itu sejak 2007.
Operasi Yahudi tersebut dilancarkan di tengah upaya pimpinan Mesir untuk merancang gencatan senjata antara Israel dan kelompok perlawanan yang berpusat di Jalur Gaza, termasuk Hamas.