REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Surat kabar AS, the Washington Post, melaporkan, Badan Intelijen AS (CIA) telah menyimpulkan Putra Mahkota Saudi Pangeran Muhammad bin Salman memerintahkan pembunuhan terhadap jurnalis Jamal Kashoggi.
Terkait kabar tersebut, Donald Trump mengaku belum mendapatkan laporan dari CIA. Namun ia akan berbicara dengan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan CIA soal kasus pembunuhan ini.
"Kita belum diberikan laporan," ujar Trump sebelum berangkat ke Kalifornia, Sabtu (17/11). "Kami akan bicara dengan CIA segera dan banyak pihak lainnya. Saya akan bicara saat di pesawat. Saya juga akan bicara dengan Menlu Pompeo."
Khashoggi yang juga kolomnis Washington Post tewas pada 2 Oktober lalu di Konsulat Saudi di Istanbul. Tubuhnya dimutilasi dan hingga kini belum ditemukan.
Baca juga, Pembunuhan Khashoggi, Siapa Dipercaya CIA atau Saudi?
The Washington Post melaporkan para pejabat AS telah memberikan kepercayaan yang tinggi pada kesimpulan CIA. Media itu mengutip orang-orang yang akrab dengan masalah ini yang mengatakan CIA mencapai kesimpulannya setelah memeriksa berbagai sumber intelijen.
Salah satunya adalah panggilan telepon yang menyatakan saudara laki-laki Pangeran Muhammad, Khalid bin Salman, Duta Besar Saudi untuk AS, telah bersama Khashoggi.
Khalid mengatakan, kepada Khashoggi, dia harus pergi ke konsulat Saudi di Istanbul untuk mengambil dokumen pernikahan, dan memberinya jaminan keamanan. Belum jelas apakah Khalid tahu Khashoggi akan terbunuh, tetapi dia kemudian menelepon Pangeran Muhammad.
Pada Jumat (16/11) di Twitter, Khalid mengatakan kontak terakhirnya dengan Khashoggi dilakukan melalui pesan teks pada 26 Oktober 2017, hampir setahun sebelum kematian wartawan itu. "Saya tidak pernah berbicara dengannya melalui telepon dan tentu saja tidak pernah menyarankan dia pergi ke Turki untuk alasan apa pun. Saya meminta Pemerintah AS untuk mengeluarkan informasi mengenai klaim ini," kata dia.
Reuters belum dapat memverifikasi keakuratan laporan tersebut. Tetapi seorang sumber yang akrab dengan intelijen AS mengatakan kepada Reuters, pakar pemerintah AS cukup yakin Pangeran MBS memerintahkan operasi yang menyebabkan kematian Khashoggi.
Khashoggi, yang sering mengkritik Pemerintah Saudi, dikabarkan telah menolak desakan Riyadh agar dia kembali ke Saudi. Para pejabat Saudi mengatakan satu tim elite yang terdiri dari 15 warga Saudi dikirim ke Istanbul untuk membujuk Khashoggi di konsulat.
Kemudian Khashoggi secara tidak sengaja terbunuh dalam cekikan oleh orang-orang yang mencoba memaksanya untuk kembali ke kerajaan. Para pejabat Turki mengatakan pembunuhan itu dilakukan dengan disengaja.
Turki telah mendesak Arab Saudi untuk mengekstradisi pelaku yang bertanggung jawab untuk diadili. Penasihat Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Kamis (15/11) menuduh Arab Saudi berusaha menutupi pembunuhan itu.