REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Washington tidak berencana mengekstradisi Fethullah Gulen. Gulen merupakan ulama Turki yang dituduh Pemerintah Ankara merencanakan kudeta lebih dari dua tahun lalu.
"Tidak, itu tidak sedang dipertimbangkan," kata Trump pada Sabtu (18/11).
Dilansir Aljazeera, Ahad (18/11), komentar Trump muncul beberapa hari setelah NBC News melaporkan bahwa pemerintahan Trump berencana mengekstradisi Gulen ke Turki untuk meredakan tekanan Ankara terhadap Arab Saudi.
Tekanan Turki kepada Saudi semakin meningkat menyusul pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul.
Menurut laporan NBC, pejabat Trump meminta penegak hukum untuk melihat status residensi Gulen di AS dan memikirkan kembali permintaan Turki untuk ekstradisi.
Arab Saudi adalah sekutu penting AS. NBC mengatakan Trump dapat menggunakan Gulen dalam upaya untuk meredakan sebagian tekanan Turki terhadap Arab Saudi.
Turki telah menuduh kelompok Gulen berada di balik kampanye untuk menggulingkan Erdogan melalui infiltrasi institusi Turki, khususnya militer, polisi dan pengadilan.
Gulen, yang tinggal di pengasingan di negara bagian Pennsylvania, AS, membantah tuduhan itu.
Turki telah menyebut jaringan Gulen, sebagai organisasi teroris. Turki meluncurkan tindakan keras pada anggota Gulen sejak kudeta.
Turki secara resmi meminta AS untuk mengekstradisi Gulen pada Agustus 2016. Tetapi sejauh ini Gulen masih tinggal di AS.
Setelah kudeta itu, ribuan pejabat Turki, petugas penegak hukum, tentara, aktivis hak asasi manusia, dan lainnya ditangkap karena diduga terkait dengan jaringan Gulen.
Penangkapan terbaru terjadi pada September, ketika para pejabat Turki menangkap 61 tentara terkait Gulen.