REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK— Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat yang juga pangeran Kerajaan Saudi, Khalid bin Salman membantah keterlibatan dirinya dan keluarganya dalam operasi pembunuhan wartawan Saudi, Jamal Khashoggi.
Penyangkalan Pangeran Khalid sangat cepat. Dalam postingan di akun twitternya pada Jumat (16/11), dia mengatakan bahwa “kontak terakhir” yang dia lakukan dengan Khashoggi adalah melalui pesan pada 26 Oktober 2017.
Dalam pesannya itu, bahkan Khalid tidak pernah menyarankan Khashoggi pergi ke Turki.
"Saya tidak pernah berbicara dengannya melalui telepon dan tentu saja tidak pernah menyarankan dia pergi ke Turki untuk alasan apa pun," tulis Pangeran Khalid dalam akun twiterrnya, seperti dilansir New York Times, Ahad (18/11).
Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat CIA menyimpulkan putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, memerintahkan pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi.
CIA membuat penilaian berdasarkan kontrol pangeran mahkota Arab Saudi, yang sedemikian rupa sehingga pembunuhan itu tidak akan terjadi tanpa persetujuannya, dan telah menahan kesimpulannya dengan dua set komunikasi penting: penyadapan panggilan putra mahkota di hari-hari sebelumnya pembunuhan, dan panggilan oleh tim pembunuh ke pembantu senior putra mahkota.
CIA telah percaya selama berminggu-minggu bahwa Pangeran Mohammed bersalah dalam pembunuhan Pak Khashoggi tetapi ragu-ragu untuk secara definitif menyimpulkan bahwa dia langsung memerintahkannya. Badan tersebut telah memberikan penilaian itu kepada anggota parlemen dan pejabat administrasi Trump.
Penilaian CIA yang semakin definitif dari agen mata-mata menciptakan masalah bagi Presiden Trump, yang telah mengikat pemerintahannya dengan Pangeran Muhammad dan memproklamirkannya masa depan Arab Saudi, sekutu lama Amerika.
Tapi penilaian baru CIA diyakini akan mengeraskan tekad para anggota parlemen di Capitol Hill untuk terus menyelidiki pembunuhan Khashoggi dan menghukum Arab Saudi.