Senin 19 Nov 2018 12:09 WIB

Houthi Hentikan Serangan, Siap Damai dengan Koalisi Saudi?

Tekanan dunia meningkat terhadap pihak bertikai di Yaman untuk mengakhiri perang.

[ilustrasi] Milis Houthi di Sana'a, Yaman.
Foto: EPA/Yahya Arhab
[ilustrasi] Milis Houthi di Sana'a, Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI—  Kelompok Houthi Yaman pada Ahad (18/11) menyatakan menghentikan serangan pesawat nirawak dan peluru kendali ke Arab Saudi, Emirat Arab, dan sekutu-sekutu Yaman dalam menanggapi permintaan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Tekanan dunia meningkat terhadap pihak bertikai di Yaman untuk mengakhiri perang, yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang dan mendorong negara itu ke ambang kelaparan.

Langkah kelompok Houthi itu muncul sesudah sekutu pimpinan Saudi memerintahkan penghentian serangan terhadap kota pelabuhan utama Yaman, Hudeidah, yang menjadi pusat perang tersebut.

"Setelah kami menjalin kontak dengan utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan permintaannya untuk menghentikan serangan pesawat nirawak dan peluru kendali, kami mengumumkan prakarsa penghentian serangan peluru kendali dan pesawat nirawak terhadap negara-negara penyerbu," kata pernyataan Mohammed Ali al-Houthi, Kepala Komite Revolusioner Agung Houthi.

Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa Martin Griffiths mencoba menyelamatkan pembicaraan perdamaian sesudah rencana perundingan pada September runtuh karena Houthi tidak muncul.

Griffiths berharap bisa mengadakan pembicaraan sebelum akhir tahun di Swedia untuk menyetujui kerangka kerja perdamaian di bawah pemerintahan peralihan.

Houthi, kelompok terkait Iran itu yang melawan pemerintah dukungan Saudi lebih dari empat tahun, menyatakan siap untuk gencatan senjata lebih luas jika "sekutu pimpinan Saudi menginginkan perdamaian".

Negara-negara Barat memasok senjata dan sandi kepada negara Arab dalam persekutuan itu, tapi terlihat semakin keberatan tentang perang tersebut sejak pembunuhan wartawan pembangkang Saudi yang tinggal di AS, Jamal Khashoggi.

Khashoggi dibunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada awal bulan lalu.

 

sumber : Reuters/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement