REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Cina Xi Jinping mengujungi Filipina untuk memperkuat kerjasama strategis dengan Asia Tenggara tersebut. Cina berharap dalam kerja sama yang dipimpin oleh Filipina negara di bawah kekuasaan Presiden Rodrigo Duterte mau menerima investasi dan pinjaman mereka.
Xi mengatakan persahabatan adalah satu-satu pilihan yang tepat dalam hubungan Cina dan Filipina. Ini pertama kalinya Xi mengunjungi Filipina setelah 13 tahun menjadi presiden Cina.
"Mengingat perubahan yang sering terjadi dan kompleks di dunia, memiliki hubungan baik dan persahabatan adalah satu-satunya pilihan yang tepat untuk Cina dan Filipina, dua negara berkembang di Asia, dan rakyat kami memiliki harapan yang lebih tinggi untuk hubungan yang lebih kuat dan kerjasama di diseluruh bagian di kedua belah pihak," kata Xi dalam pernyataan yang dilansir dari Abs-cbn, Selasa (20/11).
Xi datang setelah dua tahun yang lalu Duterte mendeklarasikan negara yang ia pimpin akan berpaling dari Amerika Serikat (AS). Duterte berjanji akan mengarahkan politik luar negerinya ke arah Cina. Padahal selama beberapa dekade terakhir Filipina tidak pernah percaya dan selalu bertentangan dengan Cina dalam sektor martim.
Media massa Phillipina Star menulis tentang pujian Xi kepada Duterte. Xi mengatakan hubungan kerjasama ini seperti pelangi setelah hujan dan kerap kali menyebutkan kerja sama ini sebagai penanganan yang tepat dalam upaya menyelesaikan persoalan di Laut Cina Selatan.
Gaya Duterte dalam menangani persoalan Laut Cina Selatan ini telah membuat sejumlah politikus nasionalis gusar. Mereka mengatakan Duterte telah tunduk dengan Cina setelah menolak untuk mengkritik negara tersebut dalam membangun markas militer di perairan itu atau meminta Cina untuk patuh dalam arbitrase 2016 yang menggugurkan klaim mereka di perairan tersebut.
Masyarakat Filipina banyak yang mendukung keputusan Duterte tersebut. Tapi survei secara konsisten menunjukkan masyarakat juga keberatan dengan kebijakan Cina dan memutus hubungan dengan AS.
Dalam laporan yang dikeluarkan Social Weather Stations, Senin (19/11) lalu menunjukkan sekitar 84 persen rakyat Filipina merasa keputusan pemerintah mereka tidak menentang Cina membuat markas militer di Laut Cina Selatan sebagai sesuatu yang salah. Sementara itu ada sebanyak 86 persen rakyat Filipina mengatakan mereka harus memperkuat Angkatan Laut.
Survei ini dilakukan kepada 1.200 orang pada akhir September lalu. Laporan tersebut juga menyatakan kepercayaan rakyat Filipina kepada AS sangat baik sementara dengan Cina sangat buruk, dilansir Reuters.