REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD - Pakistan memanggil Duta Besar Amerika Serikat (AS), Paul Jones, di Islamabad pada Selasa (20/11). Pemanggilan dilakukan untuk memprotes kritik Presiden AS Donald Trump terhadap peran Pakistan dalam memerangi terorisme dan pembunuhan pemimpin Alqaidah, Usamah bin Ladin.
Komentar Trump dalam beberapa hari terakhir ini telah membuat marah Pakistan, termasuk Perdana Menteri Imran Khan. Pada Senin (19/11), ia membalas komentar itu dengan mengatakan tidak ada sekutu yang telah berkorban dan membantu AS sebanyak Pakistan dalam perang melawan teror, yang telah menelan 75 ribu korban.
Gesekan ini telah mengancam hubungan yang sudah rapuh antara Pakistan dan AS. Negara sekutu tersebut telah berulang kali bentrok terkait perang di Afghanistan dan dugaan dukungan Pakistan untuk militan Islam.
Menteri Luar Negeri Pakistan Tehmina Janjua memanggil Jones untuk menyampaikan protes keras atas tuduhan Trump yang tidak berdasar dan tidak terbuktikan kebenarannya terhadap Pakistan.
Akhir pekan lalu, Trump mengatakan dalam sebuah wawancara, Pakistan tidak melakukan apa pun untuk AS meskipun telah mendapat kucuran dana miliaran dolar dari AS. Menurut Trump, pejabat Pakistan diduga tahu tentang lokasi Usamah bin Ladin sebelum dibunuh oleh pasukan AS dalam serangan di Pakistan pada 2011.
"Menolak sindiran tentang OBL (Usamah bin Ladin), Menteri Luar Negeri (Pakistan) mengingatkan (Dubes) AS bahwa intelijen Pakistan yang memberikan bukti awal untuk melacak keberadaan OBL," kata kementerian itu.
Pada Selasa (20/11), panglima militer Pakistan Qamar Javed Bajwa, tanpa menyebut Trump, mengatakan Pakistan telah melakukan lebih banyak hal untuk perdamaian di Afghanistan daripada negara lain.
"Kami telah membayar biaya militer, ekonomi, politik, dan sosial tertinggi dan dunia harus mengakui itu," kata Bajwa, menurut komentar yang dikeluarkan oleh juru bicara militer Mayor Jenderal Asif Ghafoor.