REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Raja Saudi Salman bin Abdulazis Al Saud menyampaikan pernyataan publik pertamanya sejak kematian jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di Istanbul bulan lalu. Raja Salman mengatakan negaranya tidak akan pernah menyimpang dalam memperjuangkan keadilan.
Namun dalam pidato tahunannya di depan Dewan Syura pada Senin (19/11) itu, ia tidak langsung merujuk pada kasus pembunuhan tersebut. Selama ini Arab Saudi telah membantah klaim yang menyebutkan Putra Mahkota Mohammed bin Salman terlibat dalam kasus itu.
"Kerajaan ini didirikan atas dasar prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan Islam, dan kami bangga terhadap upaya peradilan dan penuntutan umum," kata Raja Salman, dikutip BBC.
"Kami memastikan negara ini tidak akan pernah menyimpang dari penerapan hukum Tuhan dan keadilan," tambahnya.
Dalam pidato itu, Raja Salman juga mengkritik Iran, saingan utama Arab Saudi di Teluk. "Masyarakat internasional harus bekerja sama untuk mengakhiri program nuklir Iran dan menghentikan kegiatannya yang mengancam keamanan dan stabilitas," papar dia.
Prioritas lain yang disebutkan dalam pidatonya termasuk stabilitas pasar minyak dan dukungan terhadap upaya PBB untuk mengakhiri konflik di Yaman. Putra dan pewaris tahtanya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, terlihat duduk di barisan depan di sebelah Grand Mufti.
Pidato singkat dari Raja Salman ini ditujukan untuk meyakinkan rakyat Saudi bahwa tidak ada yang berubah sejak hasil penyelidikan terungkap atas pembunuhan Khashoggi, dan mulai memberikan tekanan internasional yang ekstrem terhadap negara itu.
Sang raja menjelaskan, perubahan yang dilakukan di dalam negerinya di bawah kepemimpinan de facto putra mahkota akan terus berlanjut. Pekan lalu, jaksa penuntut umum Saudi menyatakan seorang perwira intelijen Saudi, yang tidak disebutkan namanya, telah bersalah memimpin pembunuhan Khashoggi. Tersangka diduga bertugas membujuk Khashoggi untuk kembali ke Arab Saudi.
Sebanyak 11 orang telah dituduh terlibat dalam pembunuhan itu. Jaksa juga telah mengajukan hukuman mati untuk lima dari mereka. Kasus mereka telah dirujuk ke pengadilan, sementara penyelidikan terhadap 10 orang lainnya yang juga diduga terlibat, masih berlanjut.
CIA telah menyimpulkan Pangeran Mohammed berada di balik pembunuhan itu, tetapi Presiden AS Donald Trump belum mendukung pernyataan itu. Meskipun CIA dikatakan tidak memiliki bukti langsung yang menghubungkan Pangeran Mohammed dengan pembunuhan itu, para pejabat percaya pembunuhan tidak mungkin terjadi tanpa persetujuannya.
Akhir pekan lalu, Departemen Luar Negeri AS mengatakan Pemerintah AS belum mencapai kesimpulan akhir tentang pembunuhan itu. Menurut departemen tersebut, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.