REPUBLIKA.CO.ID, Pada 21 November 1979, ratusan demonstran di ibu kota Pakistan, Islamabad, membakar Kedutaan Besar dimulai AS hingga menewaskan enam orang. Pengepungan selama lima jam saat para mahasiswa melakukan aksi protes yang diorganisir di luar gerbang kompleks kedutaan.
Namun demonstrasi semakin brutal ketika para pengunjuk rasa meruntuhkan sebagian dinding luar dan masuk ke kompleks itu. Baku tembak terjadi, dan seorang marinir yang berdiri di atap gedung, tertembak hingga tewas.
Ketika para pengunjuk rasa mulai menghancurkan jendela dan membakar gedung, lebih dari 100 staf kedutaan mengungsi dalam sebuah ruangan berlapis baja dan tanpa jendela di lantai atas.
Mereka yang terperangkap di ruangan itu termasuk para diplomat AS, anggota staf Pakistan, dan seorang jurnalis tamu dari majalah Time.
Dilansir di BBC, Duta Besar AS untuk Pakistan, Arthur W Hummel Junior, sedang berada di luar gedung ketika serangan terjadi. Saat itu seorang staf menghubunginya dan ia segera meminta bantuan Pemerintah Pakistan.
Pemimpin Pakistan, Jenderal Mohammed Zia ul-Haq memerintahkan Angkatan Darat Pakistan untuk menyelamatkan staf-staf kedutaan yang terperangkap dalam gedung. Tentara Pakistan berhasil mengambil alih kontrol gedung lebih dari lima jam setelah serangan dimulai.
Beberapa institusi Amerika lainnya di Pakistan juga menjadi sasaran dalam kampanye kekerasan anti-Amerika. Ketegangan mulai memanas sejak 66 warga Amerika disandera mahasiswa radikal Iran lebih dari dua pekan sebelumnya.
Dalam proses pencarian korban di kompleks kedutaan setelah serangan, lima jasad lainnya ditemukan. Satu warga negara Amerika, dua orang anggota staf kedutaan berkewarganegaraan Pakistan, dan dua orang pengunjuk rasa.
Serangan massa itu diyakini dipicu oleh laporan radio dari pemimpin Iran, Ayatollah Khomeini. Khomeini mengatakan Amerika berada di belakang pendudukan situs suci Islam, Masjid al-Haram di Makkah, Arab Saudi, sehari sebelumnya.
Departemen Luar Negeri AS telah menyebut laporan tersebut sebagai sebuah kebohongan yang tidak bertanggung jawab dan terang-terangan.
Otoritas Arab Saudi juga telah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, insiden Makkah adalah masalah fundamentalis Muslim dan tidak ada negara Barat yang terlibat.
Hubungan AS dengan Pakistan sudah berada pada titik terendah setelah AS memotong dana bantuan pada April terkait ambisi nuklir Pakistan. AS juga mengkritik catatan hak asasi manusia pemimpin Pakistan, Jenderal Zia.
Hubungan antara AS dan Pakistan masih merenggang hingga 2001, ketika Pakistan setuju mendukung perang melawan teror yang dideklarasikan AS. Pakistan juga bersedia membantu menggulingkan rezim Taliban di Afghanistan.
Pakistan kemudian menangkap lebih dari 500 anggota Alqaidah dan menyerahkan mereka ke AS. Namun, kelompok-kelompok ekstrimis di Pakistan terus menargetkan perusahaan-perusahaan AS di sana.
Kedutaan Besar AS di Islamabad sekarang adalah salah satu gedung yang paling dibentengi di dunia. Pejabat intelijen dan staf keamanan diplomatik AS menganalisis, ada lima ancaman serangan potensial setiap hari.