Rabu 21 Nov 2018 10:30 WIB

Trump Bela Putra Mahkota Saudi, Iran: Aneh dan Memalukan

Kasus Khashoggi, kembali membuat ketegangan antara AS dan Iran.

Rep: Fira Nur Sya'bani/ Red: Nashih Nashrullah
Menlu Iran Mohammad Javad Zarif
Foto: Antara
Menlu Iran Mohammad Javad Zarif

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menganggap pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait Arab Saudi sangat memalukan. 

Pada Selasa (20/11), Trump menjanjikan dukungan penuh terhadap kerajaan itu meskipun kerajaan tengah menghadapi kecaman internasional atas kasus pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi.

"Trump dengan aneh menyampaikan paragraf pertama dari pernyataannya yang memalukan tentang kekejaman Saudi untuk menuduh Iran dari segala jenis pelanggaran yang dia pikirkan," ujar Zarif di Twitter.

Zarif juga membandingkan pernyataan Trump itu dengan manajemen kehutanan yang buruk di California dan sebaliknya di Finlandia. Ketika mengunjungi lokasi kebakaran di California, pada Sabtu (17/11), Trump mengatakan Finlandia berhasil menghindari kebakaran seperti itu dengan cara menghabiskan banyak waktu untuk membersihkan lantai hutan.

"Mungkin kita juga bertanggung jawab atas kebakaran di California, karena kita tidak membantu membersihkan hutan, seperti yang dilakukan oleh Finlandia?" tambah dia.

Baca juga, Meski Dikecam, Trump tak Ingin 'Sentuh' Putra Mahkota Saudi

Trump juga telah bersumpah akan tetap menjadi mitra setia Arab Saudi. Ia menegaskan sikapnya itu meskipun ia mengakui Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman mungkin sudah tahu tentang rencana pembunuhan Khashoggi di Istanbul.

"Dunia adalah tempat yang sangat berbahaya! Negara Iran, sebagai contoh, bertanggung jawab atas perang proksi berdarah melawan Arab Saudi di Yaman. Iran juga telah berusaha mengacaukan upaya demokrasi Irak, mendukung kelompok teror Hizbollah di Lebanon, mendukung Presiden Bashar Assad di Suriah, dan banyak lagi," ujar Trump.

Iran dan Arab Saudi adalah saingan regional dan telah mendukung pihak yang berseberangan dalam konflik di Suriah dan Yaman dan faksi politik yang berbeda di Irak dan Lebanon.

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement