REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Bom bunuh diri yang menargetkan seorang ulama di Kabul menewaskan sedikitnya 50 orang. Bom bunuh diri tersebut meledak dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Setidaknya, ada 83 orang lain terluka dalam serangan tersebut.
Sementara, 20 orang di antaranya masih menjalani masa kritis. Juru bicara Kementerian Kesehatan Afghanistan Wahid Majroh mengatakan, jumlah korban meninggal dunia dapat terus bertembah.
Pelaku bom bunuh diri ini berhasil menyusup ke dalam aula pernikahan di Kabul tempat ratusan ulama dan cendekiawan Muslim sedang berkumpul untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad. Sampai kini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini.
Baik Taliban maupun ISIS di Afghanistan yang kerap melakukan serangan bom bunuh diri di negara tersebut mengaku bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Kedua kelompok tersebut sering kali menyerang tempat-tempat ramai atau berkumpulnya warga.
"Semua korban penyerangan adalah cendekiawan Muslim yang sedang berkumpul merayakan hari lahirnya Nabi Muhammad," kata juru bicara kepala kepolisian Kabul, Basir Mujahid, Rabu (21/11).
Mujahid mengatakan, kepolisian setempat tidak diminta untuk memberikan perlindungan kepada acara itu. Pelaku bom bunuh diri dapat dengan mudah menyusup ke dalam aula karena sebagian besar aula pernikahan di Afghanistan memiliki penjaganya sendiri.
Salah seorang pelayan yang menjadi saksi mata, Mohammad Muzamil, mengatakan, ia sedang berada di belakang untuk mengambil air minum ketika ledakan terjadi. Ia mendengar suara ledakan keras dari arah aula dan saat ia berlari ke arah sana seluruh ruangan sudah tertutup debu.
"Ada banyak jenazah di seluruh kursi-kursi dalam jumlah besar," kata Muzamil.
Kepolisian menutup lokasi kejadian perkara. Ratusan anggota keluarga korban pengemboman ini sudah berkumpul di rumah sakit. Mereka mencari daftar korban meninggal dan terluka yang dipajang di bagian luar rumah sakit.
Presiden Afganistan Ashraf Ghani mengutuk keras bom bunuh diri ini. Ia mengatakan, siapa pun yang bertanggung jawab telah menyerang nilai-nilai keislaman dan Nabi Muhammad. Ghani juga mendeklarasikan hari berkabung nasional.
"Ini sebuah serangan terhadap nilai-nilai Islam dan pengikut Nabi Muhammad dan ini serangan kepada kemanusiaan," kata Ghani.
Dewan Keamanan PBB juga mengucapkan bela sungkawa dan simpati kepada keluarga korban. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan juga mengucapkan belasungkawa kepada para korban. Afghanistan dan Amerika Serikat sudah lama menuduh Pakistan menjadi tuan rumah bagi Taliban.
Pakistan dengan keras sudah membantah tuduhan tersebut. Mereka mengatakan sudah memengaruhi kelompok tersebut secara terbatas untuk mendorong upaya perdamaian. Sementara itu, ISIS mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri pada Juni lalu yang menewaskan setidaknya tujuh orang dan melukai 20 orang dalam pertemuan para ulama di Kabul.
Organisasi ulama di Afghanistan yang dikenal Dewan Ulama Afghanistan sudah mengharamkan bom bunuh diri. Mereka juga sudah meminta adanya perjanjian kesepakatan damai. ISIS mengatakan, mereka mengincar para ulama tiran yang didukung pemerintah Amerika Serikat.
Taliban membantah terlibat dalam bom bunuh diri pada Juni lalu. Tapi, mereka juga mencela dan mengkritik pertemuan tersebut. Kedua kelompok itu ingin mengusir pemerintahan yang didukung AS dan memaksakan hukum Islam yang keras.
Namun, mereka sepenuhnya dua kelompok yang berbeda karena memiliki pemimpin dan ideologi yang berbeda. Beberapa kali kedua kelompok tersebut bentrok.
Pasukan Afghanistan kesulitan untuk menghadapi dua kelompok teroris dan pemberontak tersebut. Terutama, setelah AS dan NATO mengakhiri misi mereka di sana pada 2014 lalu. Ia mengubah misi mereka menjadi hanya mendukung dan melawan terorisme.
Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengirimkan sejumlah pasukan tambahan ke Afghanistan hanya berdampak kecil perang di sana. Taliban sudah melancarkan serangan harian kepada pasukan keamanan Afghanistan di seluruh negara tersebut. Sementara, ISIS melakukan serangan lewat bom bunuh diri yang menewaskan ratusan warga sipil.