REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Turki kemungkinan akan meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk secara resmi melakukan penyelidikan soal pembunuhan Jamal Khashoggi jika kerja sama dengan Arab Saudi menghadapi jalan buntu. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, Selasa (20/11).
Menlu mengungkapkan, Turki tidak sepenuhnya puas dengan tingkat kerja sama yang diberikan Riyadh soal kematian wartawan tersebut. Ketika berbicara kepada para wartawan di Washington setelah melakukan pertemuan dengan Menlu AS Mike Pompeo, Cavusoglu mengatakan Turki telah memberikan informasi terakhir soal pembunuhan Khashoggi kepada Amerika Serikat.
Ia juga menegaskan sikap Ankara bahwa kebenaran harus terungkap soal siapa yang mengeluarkan perintah pembunuhan Khashoggi. "Sampai saat ini, kami telah menerima tawaran Arab Saudi untuk bekerja sama dengan kami tanpa keraguan. Tapi jika melihat kerja sama yang ada sekarang, karena kami tidak bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, kerja sama ini tidak sesuai dengan tingkat yang kami inginkan," kata Cavusoglu.
Karena itu, jika sampai ada kebuntuan dan penyelidikan hanya berjalan sampai sejauh ini, maka Ankara mungkin akan mengajukan agar penyelidikan internasional digelar.
Cavusoglu mengatakan, ia telah membahas masalah itu bersama Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Khashoggi, penulis kolom Washington Post yang tinggal di Amerika Serikat dan pengkritik pemerintahan Saudi dibunuh pada Oktober di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Setelah memberikan berbagai penjelasan berlawanan menyangkut menghilangnya Khashoggi, Riyadh pekan lalu mengatakan bahwa Khashoggi dibunuh dan jasadnya dimutilasi.
Ia dibunuh setelah "perundingan" untuk meyakinkannya agar kembali ke Arab Saudi gagal. Kejaksaan Saudi mengatakan pihaknya akan mengupayakan hukuman mati bagi lima tersangka dalam kasus itu.