REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengklaim bahwa Turki tak menuding Putra Mahkota Saudi Pengeran Mohammed bin Salman (MBS) terlibat dalam kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Ia kembali menegaskan menolak kasus itu diekploitasi secara politik.
"Sebagai tanggapan atas pertanyaan tingkat tinggi, pihak berwenang Turki telah mengonfirmasikan kepada Riyadh bahwa mereka tidak bermaksud menuntut Putra Mahkota MBS," kata al-Jubeir dalam sebuah wawancara dengan Asharq Al-Awsat pada Selasa (20/11).
Ia pun meminta agar kasus Khashoggi tidak dipolitisasi. Menurutnya, saat ini upaya politisasi terhadap kasus Khashoggi telah berlangsung terang-terangan, salah satunya melalui kampanye media.
"Kami sepenuhnya menolak upaya eksploitasi politik atas kasus Khashoggi. Mereka yang ingin meraih keadilan, diminta menyerahkan bukti mereka ke pengadilan Saudi," ujarnya.
Al-Jubeir menekankan, kepemimpinan Kerajaan Saudi yang saat ini diwakili Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dan Pangeran MBS adalah 'garis merah'. "Kami tidak akan membiarkan upaya pihak mana pun untuk melemahkan dan menggulingkan kepemimpinan kami dengan dalih apa pun," ucapnya.
Kasus kematian Khashoggi di gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki, memicu kritik dan kemarahan dunia. Khashoggi telah dikonfirmasi dibunuh saat dirinya mendatangi gedung konsulat Saudi pada 2 Oktober.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan pembunuhan terhadap Khashoggi direncanakan. Ia menuduh perintah pembunuhan bersumber dari pejabat tinggi Saudi.
Hingga kini, Saudi telah menahan 18 tersangka yang terlibat dalam kasus pembunuhan Khashoggi. Lima tersangka di antaranya telah dituntut hukuman mati.
Baca: Rekaman Khashoggi Dibuka, Identitas Pembunuh Terungkap