REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump memuji Arab Saudi karena membantu menurunkan harga minyak Rabu (21/11). Sementara, tekanan meningkat untuk memberlakukan sanksi-sanksi lebih keras atas sekutu Timur Tengah setelah pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi.
Dalam satu cicitan, Trump berterima kasih kepada Riyadh atas usahanya menurunkan harga minyak dan menyerukan harga-harga bahkan lebih rendah, menyamakannya dengan pemotongan pajak besar yang dapat mendorong kekuatan-kekuatan ekonomi global dan AS. Trump telah berulang-ulang menyuarakan harga-harga minyak tinggi, mengecam OPEC atas produksinya dan menekan Arab saudi, produser minyak utama, untuk bertindak.
Harga minyak naik lebih 1 persen pada Rabu tetapi tren harganya rendah selama beberApa pekan. "Harga minyak jadi rendah. Hebat! Seperti pemotongan pajak besar bagi Amerika dan Dunia. Nikmati! $54, baru saja $84. Terima kasih Arab Saudi tetapi semoga rendah!" tulis Trump.
Pada Selasa, Trump berjanji akan tetap jadi "mitra teguh" dari Arab Saudi. Padahal dia mengatakan Putera Mahkota Mohammad bin Salman mungkin sudah tahu rencana pembunuhan Khashoggi bulan lalu.
CIA yakin kematian Khashoggi diperintah langsung putera mahkota itu, penguasa de facto Arab Saudi yang dikenal dengan singkatan MBS, kata sumber-sumber yang dekat.
Dengan para pembuat hukum AS menyerukan sanksi-sanksi lebih keras, Trump mengatakan dia tidak akan membatalkan perjanjian militer dengan kerajaan. Ia mengatakan hal tersebut akan menjadi langkah bodoh yang hanya akan menguntungkan Rusia dan Cina, pesaing AS dalam pasar senjata, dikutip dari Reuters.