Kamis 22 Nov 2018 09:19 WIB

AS Klaim Kirim Pasukan tak Bersenjata ke Perbatasan Meksiko

Penempatan pasukan hanya untuk membantu petugas perbatasan.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Arah perbatasan Amerika menuju Meksiko
Foto: VOA
Arah perbatasan Amerika menuju Meksiko

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON 0- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) James Mattis mengatakan pasukan yang dikirim ke perbatasan AS-Meksiko tidak dilengkapi bersenjata api. Pasukan tersebut juga tidak akan memiliki wewenang untuk melakukan penangkapan.

"Mereka tidak memiliki senjata api di tangan mereka, tidak ada elemen bersenjata yang masuk," kata Mattis kepada wartawan, Rabu (21/11), dikutip BBC.

Menurutnya, penempatan militer di sepanjang perbatasan AS-Meksiko bertujuan untuk membantu melindungi petugas perbatasan dari kemungkinan adanya ancaman.

Ia menegaskan, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS tidak meminta pasukan yang dikerahkan untuk menggunakan kekuatan mematikan. "Tenang, jangan khawatir tentang itu," ungkap Mattis.

Pasukan, yang hanya dipersenjatai dengan pentungan dan tameng, itu dapat diberikan wewenang untuk menahan para migran selama beberapa menit atau beberapa jam. Namun mereka tidak memiliki otoritas untuk menangkap para migran itu.

"Jika seseorang memukul seorang petugas patroli perbatasan, dan jika kami dalam posisi harus melakukan sesuatu terkait pemukulan itu, kami bisa menghentikan mereka dan membawa mereka ke atas dan mengantarkan mereka ke petugas patroli perbatasan yang kemudian akan menangkap mereka," papar Mattis.

Sebuah konvoi yang terdiri dari hampir 3.000 migran Amerika Tengah telah tiba di kota perbatasan Meksiko, Tijuana. Mereka mengaku melarikan diri dari penganiayaan, kemiskinan, dan kekerasan di negara asal yakni Honduras, Guatemala, dan El Salvador.

Namun, Presiden AS Donald Trump menggambarkan kelompok migran yang hendak memasuki AS itu sebagai sebuah invasi. Trump menyatakan akan mengerahkan sekitar 5.800 tentara ke perbatasan untuk menghalaunya.

Para migran mengaku meninggalkan negara asal untuk membangun masa depan yang lebih baik. Ada yang mengaku telah diancam atau dianiaya oleh kelompok kriminal yang beroperasi di kampung halaman mereka.

Migran yang lain berharap bisa mendapatkan pekerjaan di luar negeri untuk dapat mengirim uang kepada keluarga yang tinggal di negara asal.

Banyak yang mengatakan impian mereka adalah untuk bisa mencapai AS. Beberapa dari mereka memiliki sanak keluarga di sana yang sudah terlebih dahulu tiba.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement